Inspirasi Terdepan Anda Dan Keluarga

Sunday, July 30, 2017

Inilah Waktu Keluarnya Dajjal Menurut Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassalam

SEMENJAK diutusnya Muhammad bin Abdullah menjadi Nabi, Allah Swt. sudah memvonis bahwa ummat beliau adalah ummat akhir zaman. Jadi pengertian akhir zaman itu sudah sejak diutusnya Nabi Muhammad Saw. yang merupakan Nabi terakhir.

Kenyataan bahwa kita adalah ummat akhir zaman menunjukkan bahwa kita saat ini hidup di akhir zaman. Menurut hadits shahih, masa akhir zaman ini terbagi menjadi lima.

Pertama, masa kenabian, saat Rasulullah masih hidup.

Kedua, masa Khulafaur Rasyidin, mulai Abubakar, Umar, Usman, dan Ali.

Ketiga, masa raja-raja menggigit (maalikan ‘adhan), yaitu masa setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib r.a. sampai runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah (1924).


Keempat, masa maalikan jabariyan (penguasa diktator).

Kelima, masa kembalinya sistem khilafah.

Saat ini kita hidup di masa yang mana? Sekarang masa penguasa diktator. Ummat Islam sedang kalah. Tetapi itu memang sudah sunatullah, bahwa ada kalanya menang, ada kalanya kalah. Kita pun harus optimis, akan tiba waktunya ummat Islam memperoleh kemenangan.

Kelak penguasa diktator itu bisa dikalahkan kaum Muslimin? Begitulah menurut hadits. Kita akan berperang melawan Yahudi, dan Yahudi akan hancur. Yahudi akan diburu sampai manapun, sampai-sampai pohon dan batu pun bicara,

“Hai kaum Muslimin, di belakangku ada Yahudi yang bersembunyi!” Kecuali pohon gharqad (semacam kaktus) yang merupakan pohon Yahudi. Jangan heran, sekarang pohon gharqad itu banyak ditanam oleh orang-orang Israel, untuk berlindung dari serangan kaum Muslimin.

Yang dimaksud Yahudi itu khusus di Israel atau juga termasuk di Amerika Serikat (AS)? Yang pasti Yahudi Israel. Kalaupun kemudian Yahudi-Amerika pindah ke Israel, wallahu alam. Dan Yahudi yang pindah ke Israel itu berarti menyatakan diri sebagai musuh ummat Islam.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah bersabda, “Dan akan keluar dari kampung Yahudiyah kota Ashbahan bersama tujuh puluh ribu orang Ashbahan.”

Rasulullah bersabda, “Tidak ada fitnah yang yang lebih besar daripada fitnah Dajjal.”

“Wahai Rasulullah, beberapa lama dia (Dajjal) akan menetap di bumi?” Beliau menjawab, “Empat puluh hari, di mana seharinya bagaikan setahun, seharinya bagaikan sebulan, seharinya bagakan seminggu, dan sisanya seperti sehari-hari kalian.” “Dajjal keluar pada saat agama mulai melemah dan ilmu pengetahuan tidak lagi digubris. Ia akan tinggal dan berjalan di bumi selama 40 hari. Sehari bagaikan setahun, sehari bagaikan sebulan, sehari bagaikan seminggu. Kemudian seluruh harinya seperti harimu…” []
Share:

Friday, July 28, 2017

Kok Bisa? Lelaki Ini Mendapatkan Pahala Bersedekah Tanpa Harus Bersedekah

LELAKI surga ini kembali ke rumahnya dengan menangis. Sedihnya mencapai puncak ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyertakannya dalam kafilah jihad di jalan Allah Ta’ala. Sebabnya, ia tak memiliki bekal. Nabi pun tak memiliki simpanan untuk membiayai sahabatnya ini untuk berjuang di jalan Allah Ta’ala.

Malam harinya, lelaki surga bernama ‘Utbah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu ini berdiri seraya memanjatkan pinta kepada Allah Ta’ala. Katanya dalam munajat khusyuk itu,

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah berikan perintah untuk berjihad. Dan, aku sangat merindukannya. Kemudian, Engkau tidak menjadikan di sisiku sesuatu yang bisa dijadikan bekal untuk berjihad bersama Rasul-Mu. Engkau juga tidak menjadikan di tangan Rasul-Mu sesuatu yang bisa membawaku bersama beliau.”

Pungkasnya sampaikan pinta dengan penuh haru,

“Maka, aku bersedekah kepada setiap muslim dengan setiap kezhaliman yang mereka timpakan kepadaku baik dari harta, raga, maupun kehormatan.”

Jadi, ‘Utbah bin Zaid tidak mengeluarkan apa pun sebagai sedekah. Ia hanya mengikhlaskan semua bentuk kezhaliman yang ditimpakan kepadanya, dengannya itu, ia berniat bersedekah kepada setiap kaum Muslimin.

Esoknya, sebelum kafilah jihad bergegas menuju medan laga, ‘Utbah pun mendatangi masjid untuk dirikan Shubuh berjamaah bersama Nabi dan kaum Muslimin. Lepas shalat, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa yang tadi malam bersedekah?”

Agak lama, tiada yang mengaku. Hingga, beliau mengulanginya beberapa kali, dan diakhiri, “Siapa yang tadi malam bersedekah, datanglah kepadaku.”

‘Utbah pun mendatangi Nabi dengan malu-malu. Kepada sang baginda, ia mengisahkan kalimat doa yang dipanjatkannya semalam. Hingga, Nabi yang terkasih ini mengatakan, “Aku berikan kepadamu kabar gembira.”

“Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, sesungguhnya apa yang telah engkau kerjakan akan ditulis sebagai zakat yang diterima.”

Mahabenar Allah Ta’ala dengan segala firman-Nya. Dan, sebaik-baik perkataan adalah kalimat yang meluncur dari lisan manusia paling mulia, Muhammad bin ‘Abdullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Inilah di antara bentuk Kasih Sayang Allah Ta’ala. Ganjaran diberikan kepada siapa yang sungguh-sungguh dalam melakukan amal shalih. Bahkan, seorang hamba akan tetap mendapatkan pahala, meski ia belum melakukan amal, selama niatnya benar-benar ikhlas.

Dari kisah ini, seharusnya kita belajar. Bahwa kebaikan harus ditumbuhkan lebih dini dari dalam hati yang paling suci. Dan kita, tidak boleh meremehkannya, meski belum mampu melakukannya. Setidaknya, senantiasalah memperbaiki niat, dna usahalah sebaik mungkin untuk ketercapaiannya. Semoga Allah Ta’ala menerima niat baik dan amal-amal shalih yang kita kerjakan. Aamiin. []

Sumber: Kisahikmah
https://www.islampos.com/pahala-sedekah-tanpa-sedekah-40284/
Share:

Monday, July 24, 2017

Ternyata Amalan Orang ini Mampu Mengungguli Amalan Para Sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salam

Ibnul Mubarak memiliki modal sebesar 400.000 dinar. Ketika berkumpul dengan  seorang alim, beliau akan berbuat baik kepadanya. Keuntungannya dalam setahun bisa mencapai 100.000 dinar. Namun, semua keuntungan tersebut beliau infakkan kepada para ahli ibadah, orang-orang zuhud, dan orang-orang alim.

“Aku pernah melihat amalan Ibnul Mubarak dan amalan para shahabat. Tidak ada yang mengungguli beliau selain karena mereka adalah shahabat Rasulullah,” ujar Sufyan bin ‘Uyainah.

Berbeda lagi pendapat Ismail bin Iyasy, “Di muka bumi ini, tidak ada orang yang semisal dengan Ibnul Mubarak. Setiap jenis kebaikan, pasti ada pada diri Ibnul Mubarak. Kata teman-temanku, saat mereka menemani Ibnul Mubarak dari Mesir ke Mekah, beliau memberi mereka makan berupa manisan, sedangkan beliau sendiri selalu berpuasa.”

Suatu ketika beliau pernah mengadakan ibadah haji bersama rombongan. Sesampainya di satu daerah, seekor burung yang mereka bawa mati. Abdullah bin Mubarak pun menyuruh untuk membuangnya di tempat sampah yang ada di situ. Ketika para sahabatnya telah berjalan di depan, beliau melihat seorang anak yang mengambil bangkai itu kemudian lari masuk rumah.

Ibnul Mubarak mendatanginya dan menanyakan keadaannya. Ia tanyakan juga untuk apa ia mengambil bangkai burung itu.

Anak perempuan itu menjawab, “Saya dan saudara saya di rumah ini tidak memiliki sesuatu pun selain sarung ini.  Kami makan apa yang dilemparkan orang ke tempat sampah itu. Sejak beberapa hari yang lalu, bangkai telah menjadi halal bagi kami. Bapak kami sebenarnya berharta, namun ia dizalimi. Hartanya diambil dan ia dibunuh.”

Saat itu Ibnul Mubarak langsung memberikan barangbarang yang dibawanya. Lantas ia berkata kepada wakilnya,

“Berapa uang yang ada pada Anda?”

Wakilnya menjawab, “1000 dinar.”

Lalu beliau berkata, “Ambillah 20 dinar untuk mencukupi kita sampai di Marwa dan berikan sisanya kepada anak perempuan itu. Perbuatan ini lebih utama dari haji kita pada tahun ini.” Setelah itu beliau pulang ke daerahnya.

Sumber : Kiblat.net
Share:

Inilah Nubuwat Akhir Zaman dan Keistimewaan Bumi Palestina

Pendengar, jika disebut kota suci ketiga setelah Mekah dan Madinah, maka dalam beberapa detik akan terlintas dalam benak kita bahwa yang dimaksud tiada lain kecuali Al-Quds. Benar, Al-Quds, atau Al-Aqsha, Palestina, adalah kata yang tidak asing bagi mayoritas kaum muslimin. Hati kaum muslimin di Indonesia pun lebih dekat dengan Al-Aqsha dari pada Istiqlal atau bangunan lainnya di negeri ini.

Al-Aqsha, atau Baitul Maqdis disebutkan dalam banyak riwayat hadits dan atsar. Tentang keagungan dan keutamaannya, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyebutkan bahwa Masjidil Aqsha adalah masjid tertua kedua di muka bumi. Masjidil Aqsha juga merupakan kiblat pertama kaum muslimin. Baitul Maqdis sendiri merupakan salah satu dari tiga kota suci yang dianjurkan untuk diziarahi dengan niatan ibadah.[1] Tentang keutamaan shalat di Baitul Maqdis, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyebutkan bahwa ia setara dengan 500 kali dibanding dengan masjid lainnya. Palestina sendiri termasuk negeri yang didoakan agar mendapat berkah. Dan terakhir, Rasulullah pernah berkunjung ke Palestina dan shalat di Masjidil Aqsa pada malam Isra’.

Secara geografis, Palestina memiliki kedudukan yang sangat strategis di mata dunia Internasional. Tanah bukit Moria, sebuah dataran tinggi yang di atasnya berdiri Masjidil Aqsha dan Masjid Qubbatush Shahra, yang luasnya kurang dari 4 kali lapangan sepakbola, kini telah diperebutkan oleh lebih dari 3 milyar umat manusia.

Di samping faktor geografis dan keutamaan lainnya yang dinubuwatkan, Palestina juga menyimpan banyak misteri di akhir zaman. Negeri ini telah dinubuwatkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai negeri paling unik. Realita yang kita saksikan sampai hari ini tentang Palestina merupakan gambaran kebenaran apa yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Pergolakan politik dan pertikaian serta konflik antara umat Islam dengan Yahudi sebenarnya telah diberitakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Berikut ini merupakan penjelasan dari nabi tentang Palestina di akhir zaman.

1. Palestina Akan Menjadi Bumi Ribath Sampai Akhir Zaman


Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata, “Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan agama Allah, orang-orang yang memusuhi mereka maupun tidak mau mendukung mereka sama sekali tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah.” Malik bin Yakhamir menyahut: Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa mereka berada di Syam.” Mu’awiyah berkata, “Lihatlah, ini Malik menyebutkan bahwa ia telah mendengar Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa kelompok tersebut berada di Syam.”[2]

Tentang negeri Syam yang disebutkan dalam hadits di atas, riwayat di bawah ini memperjelas bahwa negeri Syam yang dimaksud adalah Palestina. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dari Abu Umamah, ia berkata: Rasulullahshalallahu alaihi wasallam bersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berada di atas kebenaran, mengalahkan musuh-musuhnya, dan orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka kecuali sedikit musibah semata. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah.” “Wahai Rasulullah, di manakah kelompok tersebut?” tanya para sahabat. “Mereka berada di Baitul Maqdis dan pelataran Baitul Maqdis.”

Maka, berbagai pertanyaan yang terus menggelayuti benak setiap muslim; mengapa konflik di Palestina dan pertikaian antara umat Islam dan Yahudi tak kunjung usai, barangkali bila dilacak dari sudut pandang takdir bisa dijawab dengan hadits ini. Sungguh, negeri Palestina tidak akan pernah sepi dari peperangan antara kaum muslimin dengan musuh-musuhnya. Dan, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat di atas, musibah apapun yang ditimpakan oleh musuh-musuh Islam terhadap kaum muslimin di Palestina, hal itu tidak memberikan madharat kecuali sedikit musibah. Maknanya, bahwa sehebat apapun gempuran musuh yang ditimpakan terhadap umat Islam di Palestina, maka hal itu tidak akan pernah membuat komunitas di negeri itu lenyap. Ada semacam jaminan bahwa umat Islam di negeri itu akan tetap eksis. Dan jihad di negeri itu akan terus berlanjut sampai akhir zaman; sampai kaum muslimin berhasil mengalahkan Dajjal.

Riwayat di atas juga boleh jadi menjadi isyarat tentang mustahilnya bagi umat Islam untuk berhijrah meninggalkan Palestina secara total; sedahsyat apapun gempuran musuh atas mereka. Janji Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bahwa serangan musuh hanya akan menimpakan sedikit musibah atas mereka menjadibisyarah (kabar gembira) bahwa negeri ini tidak akan pernah mampu ditaklukkan oleh musuh. Pasti, akan selalu ada segelintir umat yang akan bertahan untuk mempertahankan negeri ini !

2. Palestina Akan Menjadi Bumi Hijrah di Akhir Zaman


Nubuwat lain yang juga menakjubkan adalah bahwa negeri Paletina ini akan menjadi bumi hijrah akhir zaman. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dari Abdullah bin Amru bin Ash berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Akan terjadi hijrah sesudah hijrah, maka sebaik-baik penduduk bumi adalah orang-orang yang mendiami tempat hijrah Ibrahim, lalu yang tersisa di muka bumi hanyalah orang-orang yang jahat. Bumi menolak mereka, Allah menganggap mereka kotor, dan api akan menggiring mereka bersama para kera dan babi.” [3]

Jika riwayat tersebut dikorelasikan dengan hadits lain yang menceritakan perjalanan Imam Mahdi dan kaum muslimin dalam memerangi musuh-musuhnya, maka boleh jadi nubuwat di atas terjadi di masa Al-Mahdi. Hal itu Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah shalallahu alaihi wasallambersabda: “Allah memberitahukan kepada Isa dengan firman-Nya, “Tiada seorang pun yang mampu melawannya, karena itu bawalah hamba-hamba-Ku (yang baik-baik) ke gunung Thur.” Lalu Allah membangkitkan (mengutus) Ya’juj dan Ma’juj, mereka segera datang dari seluruh tempat yang tinggi. [4]

Gunung Thur, sebagaimana yang termuat dalam riwayat di atas merupakan bagian dari negeri Syam, meskipun ia tidak berada tepat di dalam Palestina. Tetapi wilayah tersebut masih masuk dalam bagian negeri hijrahnya nabi Ibrahim as. (Syam). Wallahu A’lam.

3. Palestina Akan Menjadi Tempat Tegaknya Khilafah di Akhir Zaman


Hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abdullah bin Hawalah Al-Azdi. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda kepadanya, “Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi Al-Maqdis (Baitul Maqdis, Palestina), maka itu pertanda telah dekatnya berbagai goncangan, kegundah-gulanaan, dan peristiwa-peristiwa besar. Bagi umat manusia, kiamat lebih dekat kepada mereka daripada dekatnya telapak tanganku kepada kepalamu ini.”

Jika merujuk pada riwayat yang menyebutkan penaklukkan kaum muslimin di akhir zaman, maka kemungkinan tegaknya khilafah di bumi Baitul Maqdis itu terjadi di zaman Al-Mahdi. Sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat, bahwa di masa Al-Mahdi kelak Dajjal akan dikalahkan, dan tempat terbunuhnya Dajjal sendiri berada di Bab Ludd-Palestina. Setelah tewasnya Dajjal di tangan nabi Isa as, maka kaum muslimin terus memburu Yahudi dimanapun mereka bersembunyi. Setiap benda, baik pohon, batu maupun lainnya akan berbicara dan memberitahukan keberadaan Yahudi yang bersembunyi. Hanya satu jenis pohon yang akan diam dan melindungi Yahudi, yaitu pohon Gharqad, sesungguhnya ia termasuk salah satu dari pohon Yahudi.

4. Palestina Akan Menjadi Tempat Bertahannya Iman di Akhir Zaman


Ada beberapa riwayat yang menjelaskan tentang hal ini :

Dari Salamah bin Nufail Al Kindi ia berkata,’ Saya duduk di sisi Nabi shalallahu alaihi wasallam, maka seorang laki-laki berkata,” Ya Rasulullah, manusia telah meninggalkan kuda perang dan menaruh senjata. Mereka mengatakan,” Tidak ada jihad lagi, perang telah selesai.” Maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallammenghadapkan wajahnya dan besabda,” Mereka berdusta!!! Sekarang, sekarang, perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari umatku, umat yang berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan hati-hati sebagian manusia dan memberi rizki umat tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat (ghanimah). Begitulah sampai tegaknya kiamat, dan sampai datangya janji Allah. Kebaikan senantiasa tertambat dalam ubun-ubun kuda perang sampai hari kiamat. Dan Allah telah mewahyukan kepadaku bahwa aku akan diwafatkan. Aku tidak akan kekal di dunia ini, dan kalian akan saling menyusulku, sebagian kalian memerangi sebagian yang lain. Dan kampung halaman kaum beriman adalah Syam.”

Dari Abdullah bin Amru, ia berkata: Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda: “Sesungguhnya saya melihat seakan-akan tonggak Al-Kitab telah tercabut dari bawah bantalku. Maka aku mengikuti kepergiannya dengan pandangan mataku. Tiba-tiba muncul seberkas cahaya yang terang-benderang mengarah ke Syam. Ketahuilah, sesungguhnya iman pada saat terjadi beragam fitnah berada di Syam.”

5. Palestina Menjadi Salah Satu Tempat Berlindung Dari Dajjal


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda:

“Aku peringatkan kalian tentang Dajjal. Aku peringatkan kalian tentang Dajjal. Aku peringatkan kalian tentang Dajjal. ……. Ia menetap di bumi selama empat puluh hari. Ia bisa mencapai setiap jengkal muka bumi kecuali empat masjid; masjidil Haram, masjidi Madinah, masjid Ath-Thur dan masjidil Aqsha. Ia tidak akan samar-samar lagi bagi kalian, karena Rabb kalian tidaklah buta mata sebelah (sementara Dajjal buta sebelah matanya).”[5]

[1]. Rasulullah saw bersabda: “Tidak dianjurkan untuk melakukan perjalanan jauh ke masjid-masjid tertentu dengan niatan ibadah kecuali kepada tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Rasul (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsa. HR. Bukhari: Kitabut Tathawwu’ no. 1115 dan Muslim: Kitabul Hajj no. 2475.

[2]. HR. Bukhari: Kitabul Manaqib no. 3369 dan Muslim: Kitabul Imarah no. 3548.

[3]. HR. Abu Daud

[4] Shahih Muslim, Bab Dzikr Ad-Dajjal 18: 68-69

[5] HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 2934.

Sumber : https://www.islampos.com/palestina-dan-nubuwat-akhir-zaman-39690/

Share:

Wednesday, April 5, 2017

Ini Dia 5 Sunnah-Sunnah Ketika Bangun Tidur Yang Selayaknya Dilakukan Seorang Muslim

DALAM Islam, semua hal bisa menjadi ibadah. Tentu, apabila kita niatkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Apalagi tidur. Selain akan membuat kita jadi segar, tidur juga merupakan sebuah karunia besar untuk kita.

Dan luar biasanya Islam, tidak hanya ketika, dan sedang, bahkan bangun tidur pun bisa menjadi pahala. Ada beberapa hal yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita untuk kita tiru. Beberapa ini di antaranya.

1. Mengusap wajah dengan tangan agar hilang kantuk


“Saat Rasulallah shallallahu `alaihi wasallam bangun dari tidur, beliau duduk dan mengusap wajahnya dengan tangannya untuk menghilangkan kantuk,” (HR. Imam Muslim).

2. Mengucapkan do`a sebagai berikut :


“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan,” (HR. Al-Bukhari)

3. Bersiwak


“Apabila bangun dari tidur di malam hari, Rasulallah shallallahu `alaihi wasallam menggosok gigi dengan siwak,” (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

4. Mendenguskan angin dari lubang hidung


Rasulallah shallallahu `alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian bangun tidur, hendaknya ia mendenguskan angin melalui lubang hidungnya sebanyak 3 kali. Karena syetan biasanya mendekam di lubang hidung,” (HR. Muttafaq `Alaih)

5. Membasuh kedua tangan sebanyak 3 kali


Rasulallah shallallahu `alaihi wassallam bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian bangun tidur, jangan langsung mencelupkan tangannya ke dalam bejana wudhu sebelum membasuhnya sebanyak 3 kali,” (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim). []

Sumber : ISLAMPOS
Share:

Friday, March 31, 2017

8 Jenis Rezeki Dari Allah Yang Wajib Diketahui Seorang Muslim


Pendengar, inilah 8 Jenis Rezeki Dari Allah Yang Wajib Diketahui Seorang Muslim
1.Rezeki Yang Telah Dijamin.

‎وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya."
(Surah Hud : 6).

2. Rezeki Kerana Usaha.

‎وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."
(Surah An-Najm : 39).

3. Rezeki Kerana Bersyukur.

‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu."
(Surah Ibrahim : 7).

4. Rezeki Tak Terduga.

‎وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
(Surah At-Thalaq : 2-3).

5. Rezeki Kerana Istighfar.

‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
"Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.”
(Surah Nuh : 10-11).

6. Rezeki Kerana Menikah.

‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya."
(Surah An-Nur : 32).

7. Rezeki Kerana Anak.

‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.”
(Surah Al-Israa' : 31).

8. Rezeki Kerana Sedekah

‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak & sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”
(Surah Al-Baqarah : 245).
Share:

Inilah Makna Dibalik Beratnya Ujian Hidup Yang Dialami Seorang Mukmin

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وإذا عظمت المحنة كان ذلك للمؤمن الصالح سببا لعلو الدرجة وعظيم الأجر.

"Jika ujian semakin berat, hal itu bagi seorang mu'min yang shalih merupakan sebab ketinggian derajat dan besarnya pahala." (Al-Istiqamah, 482)

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut, pen), maka baginya murka Allah.” (HR. Tirmidzi no. 2396, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini) hasan shahih.

Ketika merasa ujian hidup yang kita jalani ini begitu berat jangan putus asa dan harap. Sungguh, Allah tidak akan mencoba seorang hamba tanpa ada tujuannya. Allah juga tidak mungkin menguji seorang hamba diluar batas kemampuannya.

Tetaplah selalu optimis dan percaya kepada Allah Ta'ala, bahwa dengan ujian yang terasa berat itu jika sabar kita akan mendapatkan kebaikan yang akan dijumpai di akhirat kelak nantinya.

Allah ta'ala juga tidak menciptakan dunia dan segala isinya dengan sia-sia. Karena Semua pasti ada hikmahnya, begitu pula masalah yang kita hadapi saat ini pasti ada solusi jika kita bersabar selalu intropeksi diri dan percaya kepada Allah ta'ala.

Wallahu a'lam

http://www.suara-islam.com/read/al-islam/akhlak/21797/Ketika-Ujian-Hidup-Kian-Berat
Share:

Wednesday, March 29, 2017

Kisah Siti Masyitoh dan Aisyah, Dua Wanita Penggenggam Bara Api Yang Mengharukan

Tulisan ini khusus mengenang mereka, para wanita yang menorehkan iman dengan darah dan nyawanya sendiri. Para wanita yang membuat kecantikan fisik, kekayaan dan kedudukan dunia jadi tak berarti. Ditukarnya semua itu dengan keharibaan Ilahi, keridhoanNya untuk menuju SurgaNya yang kekal abadi. Para wanita yang disiksa dan terbunuh lantaran beriman kepada Allah. Dalam hati dan jiwa para wanita mulia ini, hanya ada memurnikan penghambaan kepada Allah ta’ala. Kendatipun simbah darah menyembur dan tubuh pun berhambur.

Allah Yang Maha Hidup telah mengingatkan kita akan kedengkian dan kejahatan orang-orang kafir kepada kaum Mukmin. Sebagaimana tertera di dalam Al-Qur’an surat Al-buruj ayat delapan:

 ومَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

“Dan tidaklah mereka menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS Al-Buruj: 8)

Walau pun ayat ini berkisah tentang ashhabul ukhdud, namun maknanya meliputi kaum Mukmin sepanjang masa. Baik umat Muhammad Rasulullah SAW maupun yang jauh sebelumnya. Tuturan indah Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menyingkap ayat ini, “Orang-orang Mukmin tidak memiliki kesalahan terhadap mereka, kecuali hanya karena imannya kepada Allah Yang Maha Perkasa (yang dianggap tindak kejahatan), tidak akan tersia-siakan orang-orang yang berlindung di bawah kokoh naunganNya, Dia Maha Terpuji dengan segala perbuatan dan firmanNya, dalam syariat maupun takdirNya.”

Kisah yang abadi tak lekang ditelan zaman. Mereka hidup di dalam ayat-ayatNya. Salah satu nama yang diabadikanNya adalah Asiyah binti Muzahim, atau lebih dikenal dengan Asiyah istri Fir’aun. Dalam kitab _Shahihain_ diriwayatkan Abu Musa Al-Asy'ari, dari Nabi SAW yang bersabda:

"كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيلد، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيد عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ"

"Banyak dari kaum lelaki yang mencapai kesempurnaan, tetapi tiada yang mencapai kesempurnaan dari kaum wanita selain Asiah binti Muzahim bekas istri Fir’aun, Maryam binti Imran, dan Khadijah binti Khuwalid. Dan sesungguhnya keutamaan Aisyah di atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid di atas makanan lainnya."

Imam Abu Ja'far Ar-Razi dan Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari telah meriwayatkan dengan bersanad kisah Asiyah istri Fir'aun yang disiksa suaminya sendiri di bawah terik matahari. Asiyah disiksa lantaran beriman kepada Allah. Ia tidak mengakui suaminya itu sebagai Tuhan. Kisah pun berawal dari istri bendahara Fir’aun yang juga adalah tukang sisir istana. Orang Indonesia biasa menyebut istri bendahara Fir’aun sekaligus tukang sisir istana ini sebagai Siti Masyithoh. Masyithoh sendiri bukan nama, tetapi istilah bahasa Arab untuk tukang sisir.

Awalnya bermula saat Masyithoh sedang duduk menyisiri rambut anak perempuan Fir'aun seperti aktivitasnya sehari-hari. Suatu hari, sisir yang digunakannya itu terjatuh, dan ia pun spontan mengucap, “Celakalah orang yang kafir kepada Allah.”

Maka anak perempuan Fir'aun itu bertanya kepada Masyithoh, “Apakah engkau punya Tuhan selain ayahku?”

Masyithoh pun mencoba menjawab dengan mantap, “Tuhanku, Tuhan ayahmu dan Tuhan segala sesuatu ialah Allah.”

Seketika itu pula, anak perempuan Fir'aun itu menampar dan memukul Masyithoh. Ia tahu posisinya sebagai anak raja, ia pun lantas mengadukan hal itu kepada ayahnya.

Sebagai manusia yang mengaku-ngaku Tuhan, Fir'aun langsung memerintahkan agar Masyithoh ini ditangkap, meskipun wanita tersebut adalah istri bendahara kerajaan yang lama mengabdi. Fir’aun dengan angkuh bertanya, “Apakah engkau menyembah Tuhan lain selain aku?”

“Ya. Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu ialah Allah, dan hanya kepadaNya aku menyembah,” tegas Masyithoh dengan tenang.

Mendengar jawabannya itu sang penguasa Mesir Kuno ini murka. Lalu Fir'aun menyiksanya dengan mengikat kedua tangan dan kedua kakinya pada pasak-pasak. Hal ini juga sengaja dijadikan tontonan warga Mesir agar mereka tahu apa akibatnya kalau macam-macam dengan Fir’aun. Para algojo istana pun melepaskan ular-ular berbisa untuk mengerumuni tubuh Masyithoh. Penyiksaan itu berlangsung lama.

Suatu hari Fir’aun datang melihat keadaannya dan berkata, “Apakah engkau hendak kembali (murtad) dari keyakinanmu itu?” Tetapi Masyithoh itu justru menjawab: “Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu ialah Allah.”

Fir'aun merupakan raja lalim yang berpengalaman menyiksa orang. Ia sadar akan keteguhan Masyithoh. Fir’aun pun mengancam akan menyiksa dan membunuh anak-anak Masyithoh. Biasanya psikis keibuan para wanita akan terguncang dengan ancaman khas Fir’aun ini.

"Sungguh aku akan menyembelih anak laki-lakimu yang sulung di hadapanmu jika engkau tak mengindahkan apa yang kuperintahkan,” ancam pria yang dianggap titisan Dewa Matahari dalam keyakinan Mesir Kuno ini.

“Laksanakanlah apa yang ingin engkau putuskan,” ujar Masyithoh, ini bukan jawaban seorang ibu-ibu biasa, ini adalah jawaban wanita langit. Penghambaan penuh dan tawakkal kepada Rabb semesta alam. Jawaban semacam inilah yang membuat Fir’aun heran.

Akhirnya Fir’aun pun menyembelih anak laki-laki Masyithoh, di hadapan ibunya sendiri. Allah Maha Penyayang, tidak lama setelah wafat ruh anak laki-lakinya menyampaikan berita gembira kepada ibunda seraya mengatakan:

“Duhai Ibu, bergembiralah, sesungguhnya bagimu di sisi Allah ada pahala yang besar,” hiburan dari Rabbul ‘Izzah inilah yang membuat Masyithoh tetap teguh dan bersabar dalam menghadapi siksaan.

Tidak cukup dengan penyiksaan itu, di hari lain Fir’aun datang lagi. Ia mengancam akan menyiksa dan membunuh anak Masyithoh yang lain. Disembelih lagi anaknya di hadapan sang ibu, Masyithoh tetap tegar seperti sebelumnya. Masyithoh pun menjawab dengan kata-kata yang sama. Kemudian Fir'aun menyembelih lagi putranya yang lain di hadapannya. Lagi-lagi keajaiban datang, ruh anaknya yang baru saja terbunuh menyampaikan berita gembira kepada sang ibunda seraya berkata, “Duhai ibu, bersabarlah, karena sesungguhnya bagimu ada pahala yang besar sekali di sisi Allah.”

Darah telah lama bersimbah, jasad telah terkoyak. Siksaan demi siksaan selama berhari-hari akhirnya membuat jasad Masyithoh terbujur kaku. Ia wafat. Wanita biasa kemungkinan akan mati pada hari pertama siksaan. Pada Allah jualah segala sesuatu kembali. Allah Yang Maha Hidup dan Maha Memiliki Kehidupan, mengambil nyawa Masyithoh. Allah jualah yang menampakkan pahala, kedudukan dan kemuliaan Masyithoh kepada Asiyah. Keimanan Asiyah si wanita yang cantik jelita ini pun bertambah kuat.

Saat Masyithoh disiksa, diam-diam Asiyah istri Fir’aun ternyata mendengar pembicaraan Masyithoh dengan ruh kedua putranya. Akhirnya Asiyah pun memutuskan mantap beriman.

Peristiwa kemenangan Nabi Musa dan Nabi Harun dalam menghadapi para tukang sihir istana menjadi wasilah tertampaknya keimanan Asiyah di mata Fir’aun. Asiyah bertanya ke seorang pembesar istana, “Siapakah yang menang (dalam pertandingan itu)?”

Maka dikatakan kepada Asiyah, “Yang menang adalah Musa dan Harun.” Lalu ia mantap bersaksi dengan lantang, “Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun.”

Tidak kalah dengan Masyithoh, Asiyah pun Allah kuatkan menampakkan keimanannya. Setelah dipermalukan oleh keteguhan Masyithoh, ditambah lagi tukang-tukang sihirnya juga dikalahkan oleh Nabi Musa-Nabi Harun, makin bertambahlah angkara murka Fir’aun. Tentu ini menjadi guncangan psikis buat sang raja Mesir Kuno. Sekarang istrinya sendiri tidak mau menyembahnya. Fir’aun pun meminta pendapat para pembesar kerajaan, “Bagaimanakah pendapat kalian tentang Asiyah binti Muzahim?”

Para pembesar yang tak tahu perkara ini jelas memuji Asiyah. Ia permaisuri Fir’aun sendiri, bunga bangsa dan simbol kehormatan Mesir Kuno. Maka Fir’aun berkata kepada mereka, “Sesungguhnya dia sekarang menyembah selain aku!”

Mereka kaget, lalu berkata kepada Fir'aun, “Wahai paduka, kalau begitu hukum mati saja dia.”

Maka sama seperti Masyithoh sebelumnya. Asiyah ditangkap rezim suaminya sendiri. Asiyah diikat kedua tangan dan kakinya ke empat pasak. Asiyah berdo'a kepada Allah. “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga.” (QS At-Tahrim: 11)

Do'a ini pun diabadikan Allah dalam Al-Qur’an. Mukjizat terbesar yang akan memandu umat manusia hingga akhir zaman. Allah sendiri yang mengabadikan do'a Asiyah.

Fir’aun yang menyaksikan ucapan Asiyah heran lantaran Asiyah malah tersenyum saat disiksa. Benar, Asiyah tersenyum karena Allah menampakkan rumahnya kelak di Surga, khusus untuk Asiyah.

“Tidakkah kalian heran dengan kegilaan Asiyah ini. Sesungguhnya kita sedang menyiksanya, namun dia malah tersenyum”, ujar Fir’aun kepada para pembesar kerajaan.

Peristiwa demi peristiwa yang disaksikan Fir’aun dan para pembesar memang pantas membuat mereka tertimbun dalam keheranan. Penyiksaan terhadap istrinya sendiri pun dijadikan tontonan menarik bagi raja lalim sepanjang masa ini. Jika sang raja Mesir Kuno itu sedang beranjak dari kursinya, maka para Malaikat menaungi Asiyah dengan sayap-sayap mereka.

Tubuh wanita Asiyah disiksa para algojo dengan beragam cara. Salah satunya ditimbun dengan batu besar yang diletakkan di atas dadanya. Tentu, sengatan matahari khas Mesir makin menambah siksaannya itu.

Tatkala Fir’aun pun mulai bosan, ia berpesan kepada para algojonya, “Carilah oleh kalian batu yang besar. Jika Asiyah tetap pada keyakinannya, lemparkanlah batu besar itu kepadanya, namun jika ia mencabut ucapannya itu, maka ia tetap menjadi istriku.”

Ketika kali ini para algojo mendatanginya, sang cantik jelita tetap teguh pada keimanannya. Asiyah menengadahkan wajahnya ke langit. Seraya melihat tempat tinggalnya kelak di surga, ia tetap teguh menggenggam kebenaran. Tatkala hendak dilemparkan batu besar ke tubuh Asiyah, ruh Asiyah dicabut dari jasadnya dan ia pun wafat dengan tenang. Barulah batu besar itu dihempaskan pada tubuhnya yang sudah tidak bernyawa. Tubuhnya hancur, berlumuran darah.

Keteguhan Masyithoh dan Asiyah menjadi pengokoh tersendiri bagi estafet risalah selanjutnya, tak terkecuali umat Rasulullah Muhammad SAW. Dua wanita yang mempersembahkan darah, tubuh dan jiwanya kepada Allah. Kisahnya laksana penegar bagi orang-orang beriman, khususnya wanita-wanita penggenggam risalah generasi berikutnya.

Kendati tubuh hancur, berlumur darah, keimanan mereka tiada luntur dan goyah. Allah menempatkannya di dalam JannahNya, ridha Allah senantiasa tercurah kepadanya.

Allah Sang Maha Hidup telah berjanji, “Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalanKu, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik” (QS Ali Imran: 195)

Wallahu’alam.   

Sumber : Suara Islam
Share:

Saturday, March 11, 2017

Ternyata Benar, Perilaku Anak Dipengaruhi Oleh Makanan Yang Diberikan Oleh Orang Tuanya

Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz melihat hamba sahayanya sedang mengantri di tempat pengambilan susu rakyat miskin.

“Mengapa engkau di sini?” tanya Umar

“Maaf Khalifah, saya sedang mengambilkan susu untuk istrimu. Beliau sedang ngidam ingin meminum susu.”

Umar bin Abdul Aziz segera menemui istrinya. “Sayang, mengapa ia kau perintahkan untuk mengambil susu jatah orang miskin? Demi Allah, seandainya janin kita tidak mau makan kecuali makanan jatah rakyat, aku tidak akan memberikannya.”

Fatimah mengerti apa yang dikatakan suaminya. Ia pun mendukung pendirian teguh itu. Bahwa keluarga mereka adalah keluarga yang menjaga diri dari mengambil hak orang lain, juga menjauhi harta dan makanan yang syubhat.

Ketika anaknya sudah lahir, dan menginjak usia kanak-kanak, Umar bin Abdul Aziz melihatnya memakan sebuah apel.

Betapa terkejutnya Umar bin Abdul Aziz, ternyata apel itu adalah milik perkebunan warga dan sang anak tidak mendapatkan izin untuk memakannya.

Umar bin Abdul Aziz lalu menghentikan anaknya yang sedang makan, bahkan beberapa gigitan apel yang masuk ke mulut sang anak dikeluarkannya dengan paksa.

Ia tak ingin ada makanan haram atau makanan syubhat masuk ke perut keturunannya.

Demikianlah keteguhan prinsip Umar bin Abdul Aziz. Dia adalah khalifah yang zuhud dan wara’. Sekaligus orangtua yang menanamkan prinsip Islam pada anaknya sejak dini.

karena apa yang dimakan oleh seorang anak, sesungguhnya berpengaruh kepada akhlak dan kepribadianya.

Maka jika anak telah didoakan menjadi shalih, telah dididik dengan ilmu Agama yang baik, tetapi masih jauh dari akhlak mulia, maka hal pertama yang perlu diperiksa adalah makanannya.

Apakah ia dibesarkan dengan makanan halal atau dibesarkan dengan makanan syubhat dan haram.

Saat anak hanya mengkonsumsi makanan yang halal, ia akan mudah diajak dan diarahkan kepada hal-hal yang halal.

Namun jika anak terbiasa mengkonsumsi makanan haram, ia pun lebih tertarik kepada hal-hal yang haram. []
Sumber: ISLAMPOS
Share:

Friday, March 10, 2017

5 Pertanyaan Ubaid bin Umair Membuat Wanita Cantik Yang Menggodanya Langsung Berubah Drastis Dalam Kehidupannya

Pendengar, Seorang wanita berparas cantik tengah membanggakan kecantikannya di depan cermin. Di belakangnya, seorang pria sedang duduk. Pria itu tidak berkata apapun. Hanya terus memerhatikan tingkah wanita di depannya.

“Suamiku, adakah di negeri ini yang tak akan tergoda oleh kecantikan ku?” tanya wanita itu kepada suaminya.

“Ada.”

“Siapa?”

“Ubaid bin Umair.”

Ubaid adalah seorang ulama yang lahir semasa Rasulullah masih hidup. Nama lengkapnya Ubaid bin Umair bin Qatadah Al Laitsi Al Junda’i Al Makki. Kelak, beliau wafat pada tahun 74 hijriyah.

“Suamiku, bolehkah aku menggoda Ubaid bin Umar dengan kecantikan yang kumiliki?” wanita itu merasa tertantang untuk menaklukan ulama itu.

Suaminya terkejut.

“Hmm… baiklah. Aku juga ingin tahu seberapa shalihnya Ubaid bin Umar.”

Setelah mendapat izin. Ia lalu bersolek agar kecantikannya semakin terlihat dan Ubaid bisa takluk terhadapnya.

Wanita itu lalu pergi ke masjidil haram tempat ulama itu berada. Setelah sosok yang dicarinya terlihat, ia segera mendekat. Wanita itu menemui Ubaid dan berdalih ingin meminta nasihat. Ia lalu meminta Ubaid untuk berbicara di pojok ruangan agar tak terlihat oleh siapapun.

Setelah sampai. Wanita itu membuka cadarnya. Kini wajah cantikanya tampak di hadapan sang Ulama.

“Apa yang kamu lakukan?” Ubaid kaget melihat gelagat wanita tersebut.

“Aku menyukaimu, aku ingin mendapat jawaban darimu?” kata wanita itu seraya terus menggoda sang ulama.

“Sebentar. Sebelum aku menjawab pertanyaanmu. Ada beberapa pertanyaan yang ingin aku ajukan,” kata Ubaid.

“Pertama, seandainya Malaikat Maut datang menjemputmu saat ini, apakah engkau senang aku memenuhi ajakanmu?” wanita itu tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan yang langsung mengingatkannya dengan kematian.

“Tidak.”

“Kedua, seandainya saat ini engkau berada di alam kubur dan sedang didudukkan oleh Malaikat Munkar dan Nakir untuk ditanyai, apakah engkau senang aku penuhi ajakanmu?”

“Tidak.”

“Ketiga, seandainya saat ini semua manusia menerima catatan amalnya dan engkau tidak tahu apakah kau akan mengambilnya dengan tangan kanan atau tangan kiri, apakah engkau senang jika aku memenuhi ajakanmu?”

“Tidak.”

“Keempat, seandainya saat ini seluruh manusia digiring ke timbangan amal dan engkau tidak tahu apakah timbangan amal kebaikanmu lebih berat atau justru amal buruknya yang lebih berat, apakah engkau senang jika aku memenuhi ajakanmu?”

“Tidak.”

“Kelima, seandainya saat ini engkau berada di hadapan Allah untuk dimintai pertanggungjawaban atas semua nikmatNya yang telah dianugerahkan kepadamu, masihkah tersisa rasa senang di hatimu jika aku memenuhi ajakanmu?”

“Demi Allah, tidak.”

“Kalau begitu wahai wanita, takutlah kepada Allah. Betapa Allah telah memberikan segalanya kepadamu.”

Mendengar perkataannya wanita itu tak kuasa menahan air mata. Wanita yang awalnya hanya berpura-pura meminta nasihat, kini benar-benar mendapat nasihat yang sangat menyentuh.

Usai pertemuan itu, ia kembali ke rumah dengan raut sedih. Suaminya heran melihatnya.

“Kita ini termasuk orang yang celaka,” jawab wanita itu, kemudian ia mengambil wudhu dan shalat.

Hari-hari berikutnya, ia berubah drastis. Ia tak lagi membanggakan kecantikannya. Ia tak lagi suka berdandan di setiap malam. Ia berubah menjadi ahli shalat dan puasa. []

Sumber : Islampos
Share:

Makna Diamnya Umar bin Al Khattab Tatkala Dicaci-maki Seorang Pemabuk

Pendengar...
Umar bin khaththab, manusia terbaik setelah Abu Bakar ash-Shiidiq, adalah sahabat Rasulullah yang berhak mewarisi surgaNya Allah.

Alkisah, dalam sebuah inspeksi Umar bin Khaththab bertemu dengan salah satu rakyatnya yang tengah mabuk. Umar pun menangkapnya dan akan memberinya hukuman.

Namun, ketika pemabuk itu ditangkap dan akan dihukum, orang itu tidak menerima. Pemabuk itu marah-marah, hingga Umar dijadikannya sebagai sasaran kemarahan.

Lantaran tak sadarkan diri akibat mabuk, keluarlah kalimat sumpah serapah, hinaan, caci maki, umpatan dan kalimat sampah lainnya dari mulut si pemabuk itu kepada Khalifah.

Namun, Umar justru diam ketika dirinya dicaci dan dimaki-maki. Umar bermurah hati, tak menanggapi perkataan pemabuk itu. Tak lama kemudian, Umar segera membebaskannya.

Melihat kejadian yang tak llumrah itu, seorang rakyatnya bertanya kepada Sang Khalifah, “Ya Amirul Mukminin, mengapa setelah dicaci, engkau justru melepaskan orang itu?”

“Aku membiarkannya karena ia telah membuatku marah,” jawab Umar datar.

“Andai aku tetap menghukumnya,” lanjutnya kemudian, “berarti amarahku telah mengalahkan jiwaku.”

Umar sengaja melepaskannya, karena ia tak mau mengotori dirinya dengan dendam dan kebencian. Ia telah keluar dari sifat kebinatangan menuju sifat mulia yang tak dimiliki oleh kebanyakan manusia lainnya.

“Aku tak ingin,” lanjut Umar agak berat, “jika aku memukul seorang muslim,” hentinya sejenak, “terdapat nafsuku di dalamnya.” []



Sumber: ISLAMPOS

Share:

Friday, March 3, 2017

Inilah 6 Syarat Diperbolehkannya Bergurau bagi Seorang Muslim

Pendengar, Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

“Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.” (HR. Abu Daud no 4167)

Pelajaran dari hadits


Pelajaran Pertama : Dibolehkan bergurau selama tiu memenuhi beberapa syarat, diantaranya:


Syarat Pertama: Tidak mengandung kebohongan baik dalam perkataan maupun perbuatan sebagaimana di dalam hadits Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Abu Daud, Baihaqi, Ahmad. Berkata Syu’iab al-Arnauth: Sanadnya Hasan)

Syarat Kedua: Tidak mengandung sesuatu yang keji atau sesuatu yang kasar dan tidak senonoh, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Syarat Ketiga: Hendaknya dilakukan sekedarnya dan seperlunya, serta tidak terus menerus. Berkata al-Mula Ali al-Qari di dalm Mirqah al-Mafatih Syarah Misykat al-Mashabih (14/153):

قال النووي اعلم أن المزاح المنهي عنه هو الذي فيه إفراط ويداوم عليه فإنه يورث الضحك وقسوة القلب ويشغل عن ذكر الله والفكر في مهمات الدين ويؤول في كثير من الأوقات إلى الإيذاء ويورث الأحقاد ويسقط المهابة والوقار فأما ما سلم من هذه الأمور فهو المباح الذي كان رسول الله يفعل على الندرة لمصلحة تطييب نفس المخاطب ومؤانسته وهو سنة مستحبة

Berkata an-Nawawi: Ketahuilah bahwa bergurau yang dilarang adalah yang keterluan dan terus-menerus, karena hal itu akan menyebabkan tertawa dan mengeraskan hati, serta memalingkan dari mengingat Allah dan dari memikirkan masalah-masalah agama. Bahkan seringnya menyakitkan orang lain dan menimbulkan dendam, begitu juga bisa menjatuhkan kewibawaan dan kehormatan seseorang. Adapun jika hal-hal di atas tidak ada, maka bergurau adalah sesuatu yang dibolehkan, seperti yang kadang dilakukan oleh Rasulullah, demi kemaslahatan dan meyenangkan orang yang diajak bicara serta menambah keakraban. Dan ini semua merupakan sunnah yang dianjurkan.

Syarat Keempat: Hendaknya tidak memalingkan dari kewajiban dan mengingat Allah

Syarat Kelima : Hendaknya tidak mengandung sesuatu yang menyakiti atau menakuti orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam :

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

“Tidak halal bagi seorang muslim membuat kaget sesama saudaranya yang muslim.” (HR. Abu Daud dan Ahmad. Hadits Shahih)

Syarat Keenam: Hendaknya tidak bercanda dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Diantaranya adalah bercanda dalam agama yang melecehkan Allah, Ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya, sebagaimana yang tersebut di dalam firman Allah :

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At Taubah : 65-66)

Syarat Ketujuh : Hendaknya tidak bergurau di tempat dan waktu yang mestinya seseorang harus serius.

Pelajaran Kedua : Manfaat Bergurau.


Bergurau mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah:

    Supaya menambah keakraban di antara sesama.
    Menghilangkan rasa jenuh dan bosan.
    Sarana untuk bisa menghibur dan menarik seseorang untuk bisa diarahkan pada sesuatu yang baik.
    Melatih otak agar terus berfikir dan berkembang sebagaimana mestinya.
    Memberikan kegembiraan kepada orang lain.

Pelajaran Ketiga : pada dasarnya berdusta dan berbohong adalah perbuatan dosa yang diharamkan di dalam Islam, sebagiamana firman Allah:


Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. An Nahl: 116)

Ini dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukkan, dan keburukkan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tetapi dalam beberapa hal, berdusta dibolehkan, diantaranya sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Ummu Kultsum bin Uqbah radhiyallahu ‘anha bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِي خَيْرًا

“Orang yang mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, orang yang berkata demi kebaikan, dan orang yang membangkitkan (mengingatkan) kebaikan bukanlah termasuk pendusta.” (HR. Bukhari 2692 dan Muslim 2605)

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Ummu Kultsum bin Uqbah radhiyallahu ‘anha berkata:

لَمْ أَسْمَعْهُ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ: فِي الْحَرْبِ وَالْإِصْلَاحِ بَيْنَ النَّاسِ، وَحَدِيثِ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ، وَحَدِيثِ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا

Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memberikan keringanan pada apa yang diucapkan oleh manusia bahwa itu berdusta kecuali dalam tiga perkara, yaitu, dalam perang, atau mendamaikan perselisihan di antara manusia, dan ucapan suami kepada istrinya, atau cuapan isri kepada suaminya.” (HR. Ahmad)

Sumber : Buku “Banyak Jalan Menuju Surga” dengan perubahan judul. Hal. 139

Oleh Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA

Sumber Artikel : http://madina.or.id/tentang-kami/dai/ahmad-zain-an-najah/
Share:

Monday, February 13, 2017

Inilah Adab-adab Yang belum banyak Diketahui Wanita Saat Keluar Rumah

Pendengar..Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, telah mengatur sedemikian rupa berkenaan dengan keutamaan dan batasan-batasan sesuai syari’at tentang apa yang seharusnya dikerjakan dan ditinggalkan oleh wanita.

Adapun Islam telah mengatur mengenai adab-adab keluar bagi seorang wanita, yaitu:

1. Berhijab (memakai hijab yang syar’i)

2. Tidak memakai wewangian

3. Pelan-pelan dalam berjalan, agar tidak terdengar suara sendalnya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ

“Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”. (QS. An-Nuur: 31)

Dan pada masa sekarang ini, dengan adanya sepatu atau sandal yang bertumit atau berhak tinggi dan kita dapati para wanita memakainya, sehingga terdengarlah suara sandal atau sepatunya tersebut. kadang ia bertingkah genit dalam berjalan dan bernarlah apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ

“Wanita adalah aurat, maka jika ia keluar syaithan akan mengikutinya.”

Ketika berjalan bersama saudarinya dan di sana ada para pria, maka janganlah bercakap-cakap dengan saudarinya tersebut. Bukan berarti bahwa suara wanita adalah aurat, tetapi bagi sebagian pria mendengar suara wanita itu terkadang bisa menimbulkan fitnah.

Hendaklah meminta izin kepada suaminya, jika ia telah berkeluarga.

Apabila jaraknya sejauh jarak safar, maka janganlah ia keluar, kecuali bersama mahram

Jangan berdesak-desakan dengan pria.

Hendaknya ia menundukan pandangannya.

Janganlah menanggalkan pakaiannya di selain rumahnya, jika bermaksud untuk tampil cantik (berhias) dengan perbuatan itu.

Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّمَا امْرَأَةٍ وَضَعَتْ ثِيَابَهَا فِي غَيْرِ بَيْتِ زَوْجِهَا فَقَدْ هَتَكَتْ سِتْرَ مَا بَيْنَها وَ بَيْنَ اللهِ

“Wanita mana saja yang menanggalkan pakaiannya di selain rumah suaminya, maka sungguh ia telah membuka penutupnya antara dia dengan Rabb-nya,” (Hadits Shahih). []

Sumber: muslimah.or.id

https://www.islampos.com/wanita-keluar-rumah-adab-adabnya-6464/
Share:

Sunday, February 12, 2017

Ringkasan Hukum Membaca AL Qur'an Bagi Wanita Yang Haidh & Nifas Menurut Para Fuqaha

Berikut pendapat fuqaha' dalam hal ini :

Hanafiah : 

Tdak boleh bagi wanita haidh & nifas membaca Al qur'an dgn niat  tilawatul qur'an ( ingin mndapatkan pahala dari bacaanya ).

Akan tetapi jika tdk diniatkan untuk tilawah sperti dzikir  " alhamdulillah " ,doa " bismillah dll hal tersbut diperbolehkan.
Begitu pula bagi wanita yg mnjdi guru ngaji diperbolehkan membaca Al qur'an jika niatnya untuk mngajarkan kpd anak didiknya.

Malikiyah : 

Boleh membaca Al qur'an walaupun dgn niat tilawah asal tdak dgn menyentuhnya.Karna wanita tdak bisa mencegah datangnya haidh dan nifas. Tapi setelah haidh & nifas berhenti ia tdk boleh tilawatul qur'an sblum mandi wajib.

Adapun membaca Al qur'an dgn niat do'a ,dzikir dll hal tersebut diperbolehkan.

Syafeiyah :

 Tdak boleh membaca Al qur'an bagi wanita yg haidh & nifas apabila :

Bacaanya diniatkan untuk tilawah ( mendapat pahala dari bacaanya ).
Dilafadzkan dgn lisanya ( dgn menggerakan bibirnya & didengar oleh didirnya.

Adapun jika diniatkan selain tilawah sperti dzikir , do'a ,penjagaan ruqyah dll hal tersbut dilerbolehkan.

Hanabilah :

 Pendapat yg masyhur : tdak boleh bagi wanita haidh & nifas membaca Al Qur'an jika diniatkan tilawah ( ingin mendapat pahala dari bacaanya ) adapun jika niatnya lain sperti dzikir ,do'a dll hal tersbut diperbolehkan.

Madzhab dzahiri :

 Boleh bagi wanita haidh & nifas membaca Al qur'an secara mutlaq.

Ringkasan penerjemah dalam hal ini :

Madzhab yg 3 yaitu Hanafiah ,Syafeiyah,& Hanabilah tdak boleh bagi wanita haidh & nifas membaca Al Qur'an dgn niat tilawah ( mendapat pahala dari bacaanya ).
Malikiyah boleh selama haidh akan tetapi jika haidh berhenti maka tdak boleh membacanya sampai ia mandi wajib.

Kesepakatan ulama dalam hal ini :
Adapun jika tdak diniatkan untuk tilawah ( mendapat pahala dari bacaanya ) semua pendapat diatas memperbolehkan.Seperti membacanya dengan niat berdzikir ( alhamdulillah) ,Do'a ( bismillah) dll.
Begtu pula membaca Al Qur'an dgn niat mengajarkanya kpda anak didiknya ( jika dia seorang guru ) & bukan diniatkan untuk tilawah ( mndpat pahala dari bacaanya ) hal tersbut diperbolehkan.

Wallahu a'lam bishawab.

( Diringkas & diterjamahkan dari kitab Qaulul Mubin fie hukmi qira'tul qur'an wa massul mushaf lil haaidh wa nufasa' wal muhaditsin ,karya Dr. Muhammad Yusuf Arabidi halaman : 14 ).
kalau kita terjemahkan ke judul Indonesia kira2 sperti ini : Penjelasan tentang hukum membaca Al Qur'an & menyentuh mushaf bagi wanita haidh nifas & bagi orang yg berhadast.
Share:

Tanpa Sadar Kita Telah Menyia-nyiakan Usia Emas Anak-Anak Kita

Menurut penelitian,  usia tiga sampai lima  tahun merupakan usia emas. Di usia tersebut,  anak kita bisa belajar enam bahasa dengan sama baiknya,  tanpa harus mengalami kebingungan.  Demikian kata para ahli.

Lalu,  di usia emas tersebut,  apa yang kita berikan untuk anak-anak kita?

Dr.  Kamil Labudi memiliki gagasan bagus.  Gagasan tersebut Pertama taman diterapkan kepada anak-anaknya.

 Sejak di kandungan ketiganya secara rutin diperdengarkan ayat Al-Qur'an.  Kadang,  sang bunda yang membacakan. Kalau bunda lelah,  ganti ayah yang membacakan.  Dan jika ayah juga lelah,  janin mereka diperdengarkan bacaan qari' tertentu melalui kaset.  Setiap hari,  si janin diperdengarkan satu juz ayat Al-Qur'an.  Diulang empat hingga lima kali.

Mulai memasuki usia emas,  tiga tahun,  mereka mulai ditalqin Al-Qur'an. Terus,  kedua orangtua yang berlatar belakang pendidikan apoteker itu tekun mengajarkan Al-Qur'an.  Hasilnya,  Tabarak,  Yazid,  dan Zaynah berhasil berhasil  hafal Al-Qur'an  di usia balita.  Suatu hal yang beberapa tahun lalu hampir tidak terpikirkam.

Kini,  Dr.  Labudi menyertakan tetangga-tetangganya dalam proyek prestisius itu.  Mereka dibolehkan menyerahkan anak-anaknya dalam pendidikan PAUD yang disebutnya dengan "Masyru' Tabarak" atau  "Proyek Tabarak".  Dalam proyek ini,  diharapkan muncul hafizh-hafizh balita seperti anaknya,  Tabarak,  yang pertama kali menjadi model bagi proyek ini.

Proyek itu,  kini sudah menunjukkan buahnya.  Kalau dulu hampir kita semua mengatakan,  menjadi hafizh di usia balita adalah mustahil,  kini satu persatu ia berubah menjadi kenyataan,  dan tidak menutup kemungkinan segera menjadi tren masa depan.

Memang,  sebenarnya kebodohan kita yang selama ini menganggap bahwa anak kita selagi balita tidak bisa diajari Al-Qur'an.  Kebodohan kita pula,  yang membuat kita takut anak terlalu dini dikenalkan Al-Qur'an  melebihi kekhawatiran jika anak-anak kita mendengar lagu,  menonton televisi, kecanduan game,  dan sibuk dengan gadget.

Tabarak,  Yazid ,  Zaynah,  putra-putri Labudi,  juga Musa dan Ahsani dari Indonesia,  serta hafizh-hafizh cilik yang makin hari makin banyak muncul, menjadi bukti bahwa anggapan kita dulu salah,  tidak cukup beralasan.

Semoga anak Anda kelak menjadi balita hafizh Qur'an berikutnya.

Wallahu a'lam.

oleh Ust Hawin Murtadho
Share:

Inilah 5 Tanda Kebahagiaan dan Kesengsaraan Hidup Bagi Seorang Muslim

Pendengar...

Diantara tanda-tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah :

  1. Ketika seorang hamba diberikan tambahan ilmu, maka semakin bertambah pula sifat tawadhu' dan kasih sayangnya.

  2. Ketika diberikan tambahan amal, maka semakin bertambah rasa takut dan kehati-hatiannya.

  3. Ketika umurnya bertambah, maka semakin berkurang ketamakannya.

  4. Ketika diberikan tambahan harta, maka semakin bertambah kedermawanan dan pemberiannya.

  5. Ketika jabatan dan kedudukannya naik, maka ia semakin bertambah dekat dengan manusia, memenuhi kebutuhan mereka, dan semakin rendah hati.

 Sebaliknya, diantara tanda-tanda kesengsaraan adalah :

  1. Ketika ilmunya bertambah, maka ia semakin sombong dan sesat.

  2. Ketika diberikan tambahan amal, maka ia semakin bertambah bangga dan merendahkan manusia yang lain.

  3. Ketika umurnya bertambah, maka bertambah pula ketamakannya.

  4. Ketika diberikan tambahan harta, maka bertambah pula kekikirannya.

  5. Ketika jabatan dan kedudukannya naik, maka bertambah pula kesombongan dan kesesatannya.


والله أعلم… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

[Al-Fawaa-id, hlm. 227]

Share:

Friday, February 10, 2017

Inilah Waktu Memulai Sholat Dzuhur Ketika Hari Jum'at Bagi Wanita

Pendengar, sebagian wanita berpendapat bahwa pada hari Jum’at ketika mengerjakan shalat Dzuhur mereka mengakhirkan hingga selesai shalat Jum’at dengan keyakinan bahwa shalat Dzuhur sebelum shalat Jum’at selesai dilarang dan tidak sah. Namun sebagian lain mengatakan bahwa mengerjakan shalat Dzuhur pada hari Jum’at seperti waktu shalat dzuhur di hari lain, tidak perlu menunggu shalat Jum’at selesai. Maka apa sebenarnya hukum permasalahan ini menurut syariat?

Disarikan dari berbagai sumber inilah penjelasan kapan wanita mulai shalat Dzuhur di hari Jum’at?

Kita telah mengetahui bersama bahwa shalat Jumat tidaklah wajib bagi muslimah. Sebagai gantinya, ia melaksanakan shalat Dzuhur (empat rakaat) di rumahnya. Seringkali ditanyakan oleh para wanita, kapan mulainya shalat Dzuhur tersebut? Apakah ketika telah masuk waktu Dzuhur atau barangkali menunggu sampai shalat Jumat para pria di masjid selesai?

Shalat termasuk ibadah yang telah ditetapkan waktunya.

Allah berfirman, “Sesungguhnya shalat adalah kewajiban bagi kaum mukminin yang telah ditetapkan waktunya.” (QS. An-Nisa: 103).

Ibnu Mas’ud mengatakan: “Sesungguhnya shalat memiliki waktu khusus, sebagaimana haji juga memiliki waktu khusus.” (Tafsir Ibn Katsir, 2:403)

Waktu zuhur dimulai sejak zawal (matahari tergelicir ke arah Barat) sampai bayangan benda sama dengan tinggi bendanya. Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Waktu zuhur, sejak matahari tergelincir sampai bayangan orang sama dengan tingginya, sebelum masuk waktu asar.” (HR. Muslim no. 612).

Dari keterangan di atas, para wanita dan orang yang tidak wajib jumatan, seperti orang sakit atau musafir, mereka bisa memulai shalat zuhur setelah masuk waktu zuhur, meskipun bisa jadi jumatan belum selesai. Terlebih, di beberapa daerah semacam Jogjakarta, jumatan disepakati untuk dimulai tepat jam 12.00. padahal terkadang zuhur dimulai sebelum jam 12.00.

Hampir sama dari uraian di atas. Al Lajnah Ad Daimah di Kerajaan Saudi Arabia pernah ditanya,

“Apa hukum menunaikan shalat jumat bagi wanita? Apakah ia melaksanakannya sebelum atau sesudah shalat para pria atau ia shalat bersama mereka (kaum pria)?”

Jawaban yang disampaikan oleh para ulama komisi fatwa Al Lajnah Ad Daimah,

“Wanita tidak wajib melaksanakan shalat Jum’at. Namun jika wanita melaksanakan shalat Jumat bersama imam shalat Jumat, shalatnya tetap dinilai sah. Jika ia shalat di rumahnya, maka ia kerjakan shalat Dzuhur empat rakaat. Ia boleh mulai mengerjakan shalat Dzuhur tadi setelah masuk waktu Zhuhur, yaitu setelah matahari tergelincir ke barat (waktu zawal). Dan sekali lagi dia tidak boleh laksanakan shalat jumat (di rumah) sebagaimana maksud keterangan sebelumnya.

Wa billahit taufiq. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.”

Fatwa di atas ditandatangani oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku ketua, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi selaku wakil ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan selaku anggota dan Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud selaku anggota.

[Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, 8/212, no. 4147, pertanyaan kedua]

Kesimpulan

Seorang wanita boleh melaksanakan shalat Zhuhur saat hari Jumat di rumah mulai sejak masuk waktu Zhuhur, tidak mesti menunggu sampai para jamaah pria selesai menunaikan shalat Jumat.  Hal yang sama berlaku bagi orang yang udzur tidak bisa melaksanakan shalat Jumat seperti orang yang sakit. []

Sumber : ISLAMPOS
Share:

Inilah Keluarga Pemegang Kunci Ka'bah

Pendengar, Kemenangan gemilang diraih umat Islam pada peristiwa Fathu Mekah. Kaum musyrikin Quraisy yang angkuh dan sombong hanya tertunduk takut dan takluk di hadapan kaum muslimin yang dahulu mereka tindas. Sungguh karunia Allah SWT yang sangat besar yang diberikan kepada umat Islam sehingga kaum muslimin dapat melenggang penuh kehormatan memasuki kota Mekah, kampung halaman yang begitu mereka rindukan.

Pengorbanan harta dan jiwa, rasa sakit tersayat-sayat, serta sedih dan pilu yang mereka rasakan saat memperjuangkan kebenaran terobati sudah dengan menyaksikan kemenangan yang nyata ini.

Salah satu tugas yang harus dilaksanakan Rasulullah SAW dan kaum muslimin di Mekah adalah membersihkan Ka’bah, rumah Allah, dari sesembahan kaum musyrikin Ouraisy. Setelah beliau melakukan thawaf dan beristirahat sejenak, beliau memanggil Bilal dan menyuruhnya untuk meminjam kunci Ka’bah dari keluarga Utsman bin Thalhah.

Kunci Ka’bah memang dipercayakan kepada keluarga Utsman bin Thalhah secara turun-menurun meskipun mereka masih memegang ajaran agama jahiliah.

Bilal RA segera menyampaikan permintaan Rasulullah SAW kepada Utsman bin Thalhah di kediamannya. Namun, ibunda Utsman menolak memberikan kunci Ka’bah tersebut seraya berkata kepada putranya, “Wahai anakku, keluarga kita mendapat kehormatan untuk memegang kunci Ka’bah ini dari dulu. Jika kau berikan kunci ini kepada mereka, akan berakhirlah kehormatan keluarga kita!”

Utsman mengerti kekhawatiran ibunya. Namun, dengan kekuatan pasukan Islam saat ini, percuma menahan kunci tersebut karena kaum muslimin akan memintanya dengan paksa. Dan kemungkinan kunci tersebut akan diamanahkan kepada salah seorang dari kaum muslimin. Oleh karena itu, Utsman menenangkan ibunya agar merelakan kunci Ka’bah dibawa oleh kaum muslimin.

Setelah pintu Ka’bah terbuka, Rasulullah SAW dan para sahabat segera menghancurkan ratusan berhala di dalamnya. Begitu pula, lukisan-lukisan para Nabiyullah terdahulu yang menggambarkan adegan sesat dan dikarang oleh orang-orang jahiliah dilucuti dari dinding Ka’bah dan dibuang keluar.

Setelah Ka’bah bersih dari segala benda yang mengandung kesyirikan dan kejahiliahan, beliau melaksanakan shalat dua rakaat di dalamnya. Kemudian beliau keluar dan menyerahkan kunci Ka’bah tersebut kembali kepada Utsman.

Tentu saja Utsman heran sekaligus kaget, ternyata Rasulullah SAW tetap memercayakan perawatan Ka’bah di tangan keluarganya, yaitu Bani Syaibah yang nonmuslim.[]

Sumber : islampos
Share:

Monday, February 6, 2017

Inilah 11 Jawaban Imam Syaf'i Yang Membuktikan Kejeniusannya Di Depan Para Ulama Iraq

Dikisahkan ada sebagian ulama terkemuka di Irak yang merasa iri kepada Imam Syafi’i radhiyallahu ‘anhu. Mereka membuat tipu daya kepadanya lantaran beliau lebih unggul dari mereka dari segi ilmu dan hikmah.

Karena segudang keunggulan Imam Syafi’i inilah, para ulama Irak merasa iri terhadapnya. Mereka kemudian sepakat untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang rumit dalam bentuk teka-teki untuk menguji kecerdasan beliau di hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid yang sangat kagum dan sering memuji beliau.

Setelah mereka selesai membuat pertanyaan-pertanyaan, mereka menyampaikan kepada khalifah yang ikut hadir dalam diskusi dan mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh Imam Syafi’i radhiyallahu ‘anhu dengan penuh kecerdasan dan kefasihan.

Berikut pertanyaan-pertanyaan yang menguji kecerdasan Imam Syafi’i:

Soal 1: Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang menyembelih kambing di rumahnya kemudian dia keluar untuk suatu keperluan, lalu dia kembali lagi lantas dia berkata kepada keluarganya, “Makanlah kambing ini. Sungguh kambing ini haram bagiku.” Keluarga pun berkata, “Demikian juga haram bagi kami?”

Jawab 1: Sesungguhnya laki-laki tersebut orang musyrik. Dia menyembelih kambaing atas nama berhala, lalu dia keluar dari rumahnya untuk suatu keperluan, dan ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi hidayah kepadanya untuk memeluk agama Islam, sehingga dia masuk Islam. Maka, kambing tersebut haram baginya. Ketika para keluarganya tahu bahwa lelaki tersebut masuk Islam, maka mereka pun ikut masuk Islam. Maka, kambing tersebut juga diharamkan atas mereka.

Soal 2: Ada dua muslim yang sama-sama berakal minum arak. Salah satunya dikenai hukuman sedangkan yang lainnya tidak dikenai hukuman?

Jawab 2: Sebab salah satunya baligh sedangkan lainnya masih kecil

Soal 3: Ada lima orang melakukan zina terhadap seorang perempuan, maka orang pertama harus dibunuh, orang kedua dirajam, orang ketiga dikenai hukuman zina, orang keempat dikenai separuh hukman zina, dan orang kelima tidak dikenai sanksi apapun?

Jawab 3: Orang pertama menganggap zina perbuatan halal, sehingga dia murtad dan dia harus dibunuh. Orang kedua adalah muhshan (orang yang pernah menikah). Orang ketiga adalah ghairu muhshan (belum pernah menikah). Orang keempat adalah seorang budak. Sedangkan orang kelima adalah orang gila.

Soal 4: Ada seorang laki-laki melaksanakan shalat. Setelah dia mengucap salam ke kanan, istrinya tertalak. Ketika dia mengucap salam ke kiri, maka shalatnya batal, dan ketika dia melihat ke langit, maka dia waijb membayar seribu dirham?

Jawab 4: Pada saat dia mengucap salam ke kanan, dia melihat seseorang yang istrinya dia nikahi ketika dalam keadaan suami sedang ghaib (tidak ada). Maka, ketika dia melihat suaminya datang, istrinya tertalak. Pada saat dia mengucap salam ke kiri, dia melihat najis pada pakaiannya, maka shalatnya batal. Pada saat dia melihat ke langit, dia melihat hilal (bulan sabit) telah tampak di langit dan dia mempunyai hutang seribu dirham yang seharusnya dibayar pada awal bulan sejak munculnya hilal.

Soal 5: Ada seorang imam melaksanakan shalat bersama empat orang di dalam masjid, lantas ada seseorang yang masuk dan ikut melakukan shalat di sebelah kanan imam. Ketika imam mengucap salam ke kanan dan melihat lelaki tersebut, maka si imam wajib dibunuh sedangkan keempat makmum lainnya, wajib didera dan masjid tersebut wajib dirobohkan sampai ke dasarnya.

Jawab 5: Sesungguhnya lelaki yang baru datang mempunyai seorang istri. Kemudian dia pergi dan menitipkan istrinya di rumah saudaranya, lalu si imam membunuh sang saudara tersebut. Si imam mengklaim bahwa perempuan tersebut merupakan istri orang yang terbunuh, lalu dia menikahi perempuan tersebut. Sedang empat orang yang ikut melaksanakan shalat adalah saksi pernikahan mereka. Lalu, masjid tersebut merupakan rumah orang yang terbunuh yang dijadikan sebagai masjid oleh si imam.

Soal 6: Bagaimana pendapatmu mengenai seseorang yang budaknya kabur, lalu dia berkata, “Budak tersebut statusnya merdeka jika saya makan sebelum saya menemukannya.” Bagaimana solusi dari ucapan tersebut?

Jawab 6: Dia memberikan budaknya kepada sebagian anaknya, kemudian dia makan, lalu dia meminta lagi budak yang telah diberikannya.

Soal 7: Dua orang perempuan bertemu dua lelaki muda, lalu kedua perempuan tersebut berkata, “Selamat datang dua anak kami, dua suami kami, dan dua anak suami kami?”

Jawab 7: Sesungguhnya dua lelaki muda tersebut merupakan anak dari kedua perempuan terebut. Lantas masing-masing dari kedua perempuan tersebut menikah dengan laki-laki perempuan satunya. Jadi, kedua lelaki muda tersebut merupakan anak dari kedua perempuan tersebut, suami dari kedua perempuan tersebut, dan anak dari (mantan) suami dari kedua perempuan tersebut.

Soal 8: Seorang laki-laki mengambil segelas air untuk diminum. Dia dihalalkan minum separuhnya. Tetapi diharamkan baginya minum air yang masih tersisa di gelas?

Jawab 8: Sesungguhnya lelaki tersebut baru minum separuh gelas lalu dia mimisan dan menetes pada air yang masih tersisa di dalam gelas, sehingga darah tercampur dengan air. Maka, sisa air tersebut diharamkan baginya.

Soal 9: Seorang laki-laki memberikan kepada istrinya satu kantong yang terisi penuh dan terkunci. Dia meminta kepada istrinya agar mengosongkan isinya dengan syarat dia tidak boleh membukanya, membelahnya, merusak kuncinya atau membakarnya. Jika dia melakukan salah satu dari hal tersebut, maka dia tertalak?

Jawab 9: Sesungguhnya kantong tersebut berisi gula atau garam. Yang dapat dilakukan si istri ialah menaruh kantong tersebut di dalam air, sehingga isi kantong meleleh dengan sendirinya.

Soal 10: Ada seorang lelaki dan seorang perempuan bertemu dua anak muda di jalan, lantas keduanya mencium kedua anak muda tersebut. Ketika keduanya ditanya mengenai perbuatan tersebut, si lelaki menjawab, “Ayahku adalah kakek keduanya. Saudaraku adalah paman keduanya. Istriku adalah istri ayah keduanya.” Sedangkan si perempuan menjawab, “Ibuku adalah nenek keduanya, saudara perempuanku adalah bibi keduanya.”

Jawab 10: Sesungguhnya si lelaki merupakanj ayah kedua anak muda tersebut sedangkan si perempuan merupakan ibu keduanya.

Soal 11:
Ada dua laki-laki di atas loteng rumah. Salah satunya terjatuh dan mati. Anehnya, istri lelaki satunya yang masih hidup menjadi haram baginya?

Jawab 11:
Sesungguhnya lelaki yang terjatuh sampai mati menikahkan anak perempuannya kepada budaknya yang menemaninya di atas loteng. Ketika laki-laki tersebut meninggal, maka anak perempuannya memiliki budak yang merupakan suaminya sendiri. Maka, perempuan tersebut haram baginya.

Sampai di sini, Khalifah Ar-Rasyid yang ikut hadir dalam diskusi tersebut tidak mampu menyembunyikan kekagumannya terhadap kecerdasan Imam Syafi’i, kecepatannya mendapat ide, ketajaman pemahamannya, dan bagus daya tangkapnya.

Dia berkata, “Alangkah hebatnya keturunan Bani Abdi Manaf ini. Sungguh, engkau menejlaskan dengan sebaik-baiknya, engkau menafsirkan dengan sejelas-jelasnya, dan engkau membuat redaksi dengan fasih.”

Lalu Imam Syafi’i berkata, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memanjangkan umur Amirul Mukminin. Saya akan mengajukan satu pertanyaan kepada para ulama ini. Jika mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut, maka Alhamdulillah. Akan tetapi, jika mereka tidak mampu menjawab, maka saya mohon kepada Amirul Mukminin untuk mencegah kejahatan mereka terhadap diriku.

Khalifah Ar-Rasyid menanggapi, “Baiklah, kupenuhi keinginanmu. Silakan ajukan pertanyaan kepada mereka sesuai yang engkau kehendaki, wahai Syafi’i!”

Lalu Imam Syafi’i berkata, “Ada seorang laki-laki wafat meninggalkan 600 dirham. Saudara perempuannya hanya memperoleh satu dirham saja dari harta peninggalan tersebut. Bagaimana cara pembagian harta warisan ini?”

Ternyata para ulama tersebut saling berpandangan satu sama lain cukup lama. Tidak satu pun di antara mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut. Keringat pun bercucuran dari dahi mereka.

Ketika mereka terdiam cukup lama, maka Khalifah berkata, “Ya sudah, sampaikan jawabannya kepada mereka!”

Lantas Imam Syafi’i angkat bicara setelah orang-orang yang ingin menghilangkan posisi Imam Syafi’i di mata Khalifah yang sangat mengaguminya lantaran ilmu dan ketakwaannya akhirnya mati kutu.

Beliau berkata, “Laki-laki tersebut wafat meninggalkan dua orang anak perempuan, ibu, seorang istri, dua belas saudara laki-laki, dan seorang saudara perempuan. Jadi, dua anak perempuan mendapat bagian dua pertiga, yaitu sebesar 400 dirham, ibu mendapat bagian seperenam, yaitu sebesar 100 dirham, istri mendapat bagian seperdelapan, yaitu sebesar 75 dirham, kedua belas saudara laki-laki mendapat bagian 24 dirham dan tersisa satu dirham untuk saudara perempuan.”

Khalifah Ar-Rasyid tersenyum dan berujar, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan banyak keluargaku seperti engkau.”

Khalifah memberikan 2000 dirham kepada Imam Syafi’i. Kemudian Imam Syafi’i menerimanya lalu membagikannya kepada para pelayan dan pembantu istana. []

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
https://www.satumedia.co/jeniusnya-imam-syafii-15590
Share:

Saturday, February 4, 2017

Kisah dan Pesan Saat Detik-Detik Menjelang Wafatnya Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassalam

Kisah meninggalnya Rasulullah SAW. sungguh sangat menyayat hati setiap Muslim. Saat Rasul menghembuskan nafas terakhirnya pun, ia masih saja memikirkan kita umatnya.


Kisah ini berawal ketika Rasul kembali dari haji wada’ setelah Allah menurunkan firman-Nya,

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ. وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا.


“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS:An-Nashr | Ayat: 1-3).

Setelah itu, Rasulullah SAW. mulai mengucapkan kalimat yang menyiratkan akan adanya perpisahan. Beliau bersabda pada haji wada’

لتأخذوا عني مناسككم لعلي لا ألقاكم بعد عامي هذا

“Pelajarilah dariku tata cara haji kalian, bisa jadi aku tidak berjumpa lagi dengan kalian setelah tahun ini.” (HR. al-Bukhari, 4430).

Kemudian beliau berziarah ke makam baqi’ di Madinah, mendoakan keluarganya. Rasul juga menziarahi dan mendoakan syuhada Perang Uhud. Beliau juga berkhotbah di hadapan para sahabatnya, berucap pesan seorang yang hendak wafat kepada yang masih hidup.

Pada akhir bulan Shafar tahun 11 H, Nabi mulai mengeluhkan sakit kepala. Beliau merasakan sakit yang berat. Sepanjang hari-hari sakitnya beliau banyak berwasiat, di antaranya:

Pertama: Beliau mewasiatkan agar orang-orang musyrik dikeluarkan dari Jazirah Arab (HR. al-Bukhari, Fathul Bari, 8/132 No. 4431).

Kedua: Berpesan untuk berpegang teguh dengan Alquran.

Ketiga: Pasukan Usamah bin Zaid hendaknya tetap diberangkatkan memerangi Romawi.

Keempat: Berwasiat agar berbuat baik kepada orang-orang Anshar.

Kelima: Berwasiat agar menjaga shalat dan berbuat baik kepada para budak.

Beliau juga mengecam dan melaknat orang-orang Yahudi yang menjadikan kuburan para nabi sebagai masjid. Rasulullah SAW melarang jika kuburannya dijadikan berhala yang disembah.

Di antara pesan beliau adalah agar orang-orang Yahudi dikeluarkan dari Jazirah Arab. Sebagaimana termaktub dalam Musnad Imam Ahmad, 1/195.

Sehari sebelum wafat, beliau bersedekah beberapa dinar. Lalu bersabda,

لا نورث، ما تركناه صدقة

“Kami (para nabi) tidak mewariskan. Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah.” (HR. al-Bukhari dalam Fathul Bari, 12/8 No. 6730).

Pada hari senin, bulan Rabiul Awal tahun 11 H, Nabi wafat. Hari itu merupakan waktu dhuha yang penuh kesedihan. Dimana manusia sayyid anaknya Adam telah wafat. Bumi pun telah kehilangan orang yang paling mulia yang pernah berada di atasnya.

Aisyah RA bercerita, “Ketika kepala beliau terbaring, tidur di atas pahaku, beliau pingsan. Kemudian (saat tersadar) mengarahkan pandangannya ke atas, seraya berucap, ‘Allahumma ar-rafiq al-a’la’.” (HR. al-Bukhari dalam Fathul Bari, 8/150 No. 4463).

Rasulullah wafat setelah menyempurnakan risalah dan menyampaikan amanah yang dititipkan padanya.

Berita di pagi duka itu menyebar di antara para sahabat. Dunia terasa gelap bagi mereka. mereka bersedih karena berpisah dengan al-Kholil al-Musthafa. Hati-hati mereka bergoncang. Tak percaya bahwa kekasih mereka telah tiada. Hingga di antara mereka menyanggahnya. Umar angkat bicara, “Rasulullah SAW. tidak wafat. Beliau tidak akan pergi hingga Allah memerangi orang-orang munafik.” (Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 8/146).

Abu Bakar hadir, “Duduklah Umar”, perintah Abu Bakar pada Umar. Namun Umar menolak duduk. Orang-orang mulai mengalihkan diri dari Umar menuju Abu Bakar. Kata Abu Bakar, “Amma ba’du… siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad maka Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat. Kemudian ia membacakan firman Allah,

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS:Ali Imran | Ayat: 144).

Mendengar ayat yang dibacakan Abu Bakar, orang-orang seakan merasakan ayat itu baru turun hari itu. Mereka begitu larut dalam kesedihan. Mereka merasakan kosong. Bagaimana tidak, mereka ditinggal orang yang paling mereka cintai.

Mereka kehilangan orang yang mereka rindukan setiap hari. Orang yang lebih mereka cintai dari ayah, ibu, anak, dan semua manusia. Sesaat mereka lupa akan ayat itu. Dan Akhirnya mereka tersadar karena diingatkan oleh Abu Bakar, seorang yang paling kuat hatinya di antara mereka.

Betapa kekasih Allah ini sangat dicintai oleh umatnya. Sebagaimana beliau juga sangat mencintai kita sebagai umatnya. []

Sumber: kisahmuslim.com
Share:

Siapakah Orang Pertama dan Terakhir yang Masuk Kedalam Syurga?

BEBERAPA hadis shahih menyatakan tentang adanya orang yang masuk surga terakhir. Hanya saja dalam hadis itu sama sekali tidak disebutkan nama orangnya. Diantaranya,

Pertama, hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentang kejadian di akhirat dalam hadis yang sangat panjang, kemudian beliau bersabda,

ثُمَّ يَفْرُغُ اللَّهُ مِنْ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْعِبَادِ وَيَبْقَى رَجُلٌ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَهُوَ آخِرُ أَهْلِ النَّارِ دُخُولًا الْجَنَّةَ

Kemudian setelah Allah menyelesaikan keputusan di antara para hamba dan tinggalah seseorang antara surga dan neraka. Dan dialah penghuni neraka yang terakhir masuk surga. (HR. Bukhari 806)

Kedua, hadis dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا الْجَنَّةَ وَآخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا رَجُلٌ يُؤْتَى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ اعْرِضُوا عَلَيْهِ صِغَارَ ذُنُوبِهِ وَارْفَعُوا عَنْهُ كِبَارَهَا؛ فَتُعْرَضُ عَلَيْهِ صِغَارُ ذُنُوبِهِ فَيُقَالُ عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا وَعَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا. فَيَقُولُ نَعَمْ. لاَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يُنْكِرَ وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ كِبَارِ ذُنُوبِهِ أَنْ تُعْرَضَ عَلَيْهِ. فَيُقَالُ لَهُ فَإِنَّ لَكَ مَكَانَ كُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً. فَيَقُولُ رَبِّ قَدْ عَمِلْتُ أَشْيَاءَ لاَ أَرَاهَا هَا هُنَا

Sungguh saya tahu orang paling akhir masuk surga dan penduduk neraka yang paling terakhir keluar neraka. Dia adalah orang yang didatangkan pada hari kiamat, kemudian malaikat diperintahkan, ‘Tunjukkan dosa-dosa kecil kepadanya, dan sembunyikan dosa-dosa besarnya.’

Kemudian ditampakkan dosa-dosa kecilnya, dan dia ditanya, ‘Kamu pernah melakukan dosa ini ada hari ini?’ ‘Kamu juga pernah melakukan dosa itu di waktu yang lain?’

“Benar.” jawabnya. Dia tidak mampu untuk mengelaknya. Sementara dia merasa sangat takut dengan dosa besarnya jika ditampakkan.

Kemudian Allah memutuskan,

“Setiap dosa itu akan digantikan dengan pahala.”

Kemudian orang ini mengatakan, “Ya Rab, saya memiliki dosa besar lainnya yang belum aku lihat…”

Setelah menyampaikan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum. (HR. Muslim 487)

Kita wajib mengimani hadis ini, sebagai bagian dari konsekuensi syahadat kita yang mengakui Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan Allah. karena berita yang beliau sampai, pasti dari wahyu.

Di saat yang sama, kita juga tidak boleh memastikan siapa nama orang yang terakhir masuk surga, dan bagaimana ciri-cirinya. Karena yang semacam ini tidak disebutkan dalam dalil. Sementara kita tidak boleh berbicara yang ghaib tanpa dalil.

Orang yang Pertama Masuk Surga

Orang yang pertama masuk surga adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ada banyak dalil tentang masalah ini, diantaranya,

[1] Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita,

آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتفْتِحُ ، فَيَقُولُ الْخَازِنُ : مَنْ أَنْتَ؟ فَأَقُولُ : مُحَمَّدٌ ، فَيَقُولُ: بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ

Pada hari kiamat, aku mendatangi pintu surga, lalu aku minta agar dibukakan. Sang penjaga pintu bertanya, “Siapa kamu?”

Aku jawab, “Muhammad.”

Kemudian penjaga ini menyatakan, “Aku diperintahkan untuk membuka karenamu. Tidak akan aku buka pintu surga bagi siapapun sebelum kamu.” (HR. Muslim 507)

[2] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam orang yang pertama mengetuk pintu surga.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا أَكْثَرُ الأَنْبِيَاءِ تَبَعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ

“Saya adalah nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat. Dan saya orang yang pertama kali mengetuk pintu surga.” (HR. Muslim 505, Ibnu Hibban 6481 dan yang lainnya).

[3] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, beliau pertama masuk surga,

أَنَا أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا فَخْرَ

Saya orang yang pertama masuk surga di hari kiamat. Dan bukan untuk sombong. (HR. Ahmad)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tambahkan, “bukan untuk sombong…” beliau tambahkan demikian untuk menegaskan bahwa beliau cerita semacam ini untuk menanamkan keyakinan tentang berita tentang akhirat. Artinya, siapapun wajib meyakini bahwa beliau adalah orang yang pertama kali masuk surga. []



Sumber: Konsultasi Syariah.
Share:

On Streaming

Acara Hari Ini :

05.00 - 06.00 : Opening-Murotal-DzikirPagi
06.00 - 07.00 : Cakrawala Pagi
07.00 - 08.30 : Embun Pagi (Ust. Oemar Mita)
08.30 - 10.00 : Shobahul Khoir
10.00 - 11.30 : Tausiyah Pendek
11.30 - 12.30 : Murotal
12.30 - 13.30 : Kajian Siang (Ust. Agus Supriadi)
13.30 - 15.00 : ReHat Siang (UA By Request)
15.00 - 16.00 : Murotal
16.00 - 17.00 : Telaga Iman
17.00 - 19.30 : Murotal
19.30 - 20.30 :Tausiyah Malam
20.30 - 21.30 : ReHat Malam (UA By Request)
21.30 - 22.00 : Muhasabah-Closing

Powered by Blogger.

Arsip Kami

Listeners

Pages