Inspirasi Terdepan Anda Dan Keluarga

Friday, March 31, 2017

8 Jenis Rezeki Dari Allah Yang Wajib Diketahui Seorang Muslim


Pendengar, inilah 8 Jenis Rezeki Dari Allah Yang Wajib Diketahui Seorang Muslim
1.Rezeki Yang Telah Dijamin.

‎وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya."
(Surah Hud : 6).

2. Rezeki Kerana Usaha.

‎وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."
(Surah An-Najm : 39).

3. Rezeki Kerana Bersyukur.

‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu."
(Surah Ibrahim : 7).

4. Rezeki Tak Terduga.

‎وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
(Surah At-Thalaq : 2-3).

5. Rezeki Kerana Istighfar.

‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
"Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.”
(Surah Nuh : 10-11).

6. Rezeki Kerana Menikah.

‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya."
(Surah An-Nur : 32).

7. Rezeki Kerana Anak.

‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.”
(Surah Al-Israa' : 31).

8. Rezeki Kerana Sedekah

‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak & sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”
(Surah Al-Baqarah : 245).
Share:

Inilah Makna Dibalik Beratnya Ujian Hidup Yang Dialami Seorang Mukmin

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وإذا عظمت المحنة كان ذلك للمؤمن الصالح سببا لعلو الدرجة وعظيم الأجر.

"Jika ujian semakin berat, hal itu bagi seorang mu'min yang shalih merupakan sebab ketinggian derajat dan besarnya pahala." (Al-Istiqamah, 482)

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut, pen), maka baginya murka Allah.” (HR. Tirmidzi no. 2396, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini) hasan shahih.

Ketika merasa ujian hidup yang kita jalani ini begitu berat jangan putus asa dan harap. Sungguh, Allah tidak akan mencoba seorang hamba tanpa ada tujuannya. Allah juga tidak mungkin menguji seorang hamba diluar batas kemampuannya.

Tetaplah selalu optimis dan percaya kepada Allah Ta'ala, bahwa dengan ujian yang terasa berat itu jika sabar kita akan mendapatkan kebaikan yang akan dijumpai di akhirat kelak nantinya.

Allah ta'ala juga tidak menciptakan dunia dan segala isinya dengan sia-sia. Karena Semua pasti ada hikmahnya, begitu pula masalah yang kita hadapi saat ini pasti ada solusi jika kita bersabar selalu intropeksi diri dan percaya kepada Allah ta'ala.

Wallahu a'lam

http://www.suara-islam.com/read/al-islam/akhlak/21797/Ketika-Ujian-Hidup-Kian-Berat
Share:

Wednesday, March 29, 2017

Kisah Siti Masyitoh dan Aisyah, Dua Wanita Penggenggam Bara Api Yang Mengharukan

Tulisan ini khusus mengenang mereka, para wanita yang menorehkan iman dengan darah dan nyawanya sendiri. Para wanita yang membuat kecantikan fisik, kekayaan dan kedudukan dunia jadi tak berarti. Ditukarnya semua itu dengan keharibaan Ilahi, keridhoanNya untuk menuju SurgaNya yang kekal abadi. Para wanita yang disiksa dan terbunuh lantaran beriman kepada Allah. Dalam hati dan jiwa para wanita mulia ini, hanya ada memurnikan penghambaan kepada Allah ta’ala. Kendatipun simbah darah menyembur dan tubuh pun berhambur.

Allah Yang Maha Hidup telah mengingatkan kita akan kedengkian dan kejahatan orang-orang kafir kepada kaum Mukmin. Sebagaimana tertera di dalam Al-Qur’an surat Al-buruj ayat delapan:

 ومَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

“Dan tidaklah mereka menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS Al-Buruj: 8)

Walau pun ayat ini berkisah tentang ashhabul ukhdud, namun maknanya meliputi kaum Mukmin sepanjang masa. Baik umat Muhammad Rasulullah SAW maupun yang jauh sebelumnya. Tuturan indah Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menyingkap ayat ini, “Orang-orang Mukmin tidak memiliki kesalahan terhadap mereka, kecuali hanya karena imannya kepada Allah Yang Maha Perkasa (yang dianggap tindak kejahatan), tidak akan tersia-siakan orang-orang yang berlindung di bawah kokoh naunganNya, Dia Maha Terpuji dengan segala perbuatan dan firmanNya, dalam syariat maupun takdirNya.”

Kisah yang abadi tak lekang ditelan zaman. Mereka hidup di dalam ayat-ayatNya. Salah satu nama yang diabadikanNya adalah Asiyah binti Muzahim, atau lebih dikenal dengan Asiyah istri Fir’aun. Dalam kitab _Shahihain_ diriwayatkan Abu Musa Al-Asy'ari, dari Nabi SAW yang bersabda:

"كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيلد، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيد عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ"

"Banyak dari kaum lelaki yang mencapai kesempurnaan, tetapi tiada yang mencapai kesempurnaan dari kaum wanita selain Asiah binti Muzahim bekas istri Fir’aun, Maryam binti Imran, dan Khadijah binti Khuwalid. Dan sesungguhnya keutamaan Aisyah di atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid di atas makanan lainnya."

Imam Abu Ja'far Ar-Razi dan Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari telah meriwayatkan dengan bersanad kisah Asiyah istri Fir'aun yang disiksa suaminya sendiri di bawah terik matahari. Asiyah disiksa lantaran beriman kepada Allah. Ia tidak mengakui suaminya itu sebagai Tuhan. Kisah pun berawal dari istri bendahara Fir’aun yang juga adalah tukang sisir istana. Orang Indonesia biasa menyebut istri bendahara Fir’aun sekaligus tukang sisir istana ini sebagai Siti Masyithoh. Masyithoh sendiri bukan nama, tetapi istilah bahasa Arab untuk tukang sisir.

Awalnya bermula saat Masyithoh sedang duduk menyisiri rambut anak perempuan Fir'aun seperti aktivitasnya sehari-hari. Suatu hari, sisir yang digunakannya itu terjatuh, dan ia pun spontan mengucap, “Celakalah orang yang kafir kepada Allah.”

Maka anak perempuan Fir'aun itu bertanya kepada Masyithoh, “Apakah engkau punya Tuhan selain ayahku?”

Masyithoh pun mencoba menjawab dengan mantap, “Tuhanku, Tuhan ayahmu dan Tuhan segala sesuatu ialah Allah.”

Seketika itu pula, anak perempuan Fir'aun itu menampar dan memukul Masyithoh. Ia tahu posisinya sebagai anak raja, ia pun lantas mengadukan hal itu kepada ayahnya.

Sebagai manusia yang mengaku-ngaku Tuhan, Fir'aun langsung memerintahkan agar Masyithoh ini ditangkap, meskipun wanita tersebut adalah istri bendahara kerajaan yang lama mengabdi. Fir’aun dengan angkuh bertanya, “Apakah engkau menyembah Tuhan lain selain aku?”

“Ya. Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu ialah Allah, dan hanya kepadaNya aku menyembah,” tegas Masyithoh dengan tenang.

Mendengar jawabannya itu sang penguasa Mesir Kuno ini murka. Lalu Fir'aun menyiksanya dengan mengikat kedua tangan dan kedua kakinya pada pasak-pasak. Hal ini juga sengaja dijadikan tontonan warga Mesir agar mereka tahu apa akibatnya kalau macam-macam dengan Fir’aun. Para algojo istana pun melepaskan ular-ular berbisa untuk mengerumuni tubuh Masyithoh. Penyiksaan itu berlangsung lama.

Suatu hari Fir’aun datang melihat keadaannya dan berkata, “Apakah engkau hendak kembali (murtad) dari keyakinanmu itu?” Tetapi Masyithoh itu justru menjawab: “Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu ialah Allah.”

Fir'aun merupakan raja lalim yang berpengalaman menyiksa orang. Ia sadar akan keteguhan Masyithoh. Fir’aun pun mengancam akan menyiksa dan membunuh anak-anak Masyithoh. Biasanya psikis keibuan para wanita akan terguncang dengan ancaman khas Fir’aun ini.

"Sungguh aku akan menyembelih anak laki-lakimu yang sulung di hadapanmu jika engkau tak mengindahkan apa yang kuperintahkan,” ancam pria yang dianggap titisan Dewa Matahari dalam keyakinan Mesir Kuno ini.

“Laksanakanlah apa yang ingin engkau putuskan,” ujar Masyithoh, ini bukan jawaban seorang ibu-ibu biasa, ini adalah jawaban wanita langit. Penghambaan penuh dan tawakkal kepada Rabb semesta alam. Jawaban semacam inilah yang membuat Fir’aun heran.

Akhirnya Fir’aun pun menyembelih anak laki-laki Masyithoh, di hadapan ibunya sendiri. Allah Maha Penyayang, tidak lama setelah wafat ruh anak laki-lakinya menyampaikan berita gembira kepada ibunda seraya mengatakan:

“Duhai Ibu, bergembiralah, sesungguhnya bagimu di sisi Allah ada pahala yang besar,” hiburan dari Rabbul ‘Izzah inilah yang membuat Masyithoh tetap teguh dan bersabar dalam menghadapi siksaan.

Tidak cukup dengan penyiksaan itu, di hari lain Fir’aun datang lagi. Ia mengancam akan menyiksa dan membunuh anak Masyithoh yang lain. Disembelih lagi anaknya di hadapan sang ibu, Masyithoh tetap tegar seperti sebelumnya. Masyithoh pun menjawab dengan kata-kata yang sama. Kemudian Fir'aun menyembelih lagi putranya yang lain di hadapannya. Lagi-lagi keajaiban datang, ruh anaknya yang baru saja terbunuh menyampaikan berita gembira kepada sang ibunda seraya berkata, “Duhai ibu, bersabarlah, karena sesungguhnya bagimu ada pahala yang besar sekali di sisi Allah.”

Darah telah lama bersimbah, jasad telah terkoyak. Siksaan demi siksaan selama berhari-hari akhirnya membuat jasad Masyithoh terbujur kaku. Ia wafat. Wanita biasa kemungkinan akan mati pada hari pertama siksaan. Pada Allah jualah segala sesuatu kembali. Allah Yang Maha Hidup dan Maha Memiliki Kehidupan, mengambil nyawa Masyithoh. Allah jualah yang menampakkan pahala, kedudukan dan kemuliaan Masyithoh kepada Asiyah. Keimanan Asiyah si wanita yang cantik jelita ini pun bertambah kuat.

Saat Masyithoh disiksa, diam-diam Asiyah istri Fir’aun ternyata mendengar pembicaraan Masyithoh dengan ruh kedua putranya. Akhirnya Asiyah pun memutuskan mantap beriman.

Peristiwa kemenangan Nabi Musa dan Nabi Harun dalam menghadapi para tukang sihir istana menjadi wasilah tertampaknya keimanan Asiyah di mata Fir’aun. Asiyah bertanya ke seorang pembesar istana, “Siapakah yang menang (dalam pertandingan itu)?”

Maka dikatakan kepada Asiyah, “Yang menang adalah Musa dan Harun.” Lalu ia mantap bersaksi dengan lantang, “Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun.”

Tidak kalah dengan Masyithoh, Asiyah pun Allah kuatkan menampakkan keimanannya. Setelah dipermalukan oleh keteguhan Masyithoh, ditambah lagi tukang-tukang sihirnya juga dikalahkan oleh Nabi Musa-Nabi Harun, makin bertambahlah angkara murka Fir’aun. Tentu ini menjadi guncangan psikis buat sang raja Mesir Kuno. Sekarang istrinya sendiri tidak mau menyembahnya. Fir’aun pun meminta pendapat para pembesar kerajaan, “Bagaimanakah pendapat kalian tentang Asiyah binti Muzahim?”

Para pembesar yang tak tahu perkara ini jelas memuji Asiyah. Ia permaisuri Fir’aun sendiri, bunga bangsa dan simbol kehormatan Mesir Kuno. Maka Fir’aun berkata kepada mereka, “Sesungguhnya dia sekarang menyembah selain aku!”

Mereka kaget, lalu berkata kepada Fir'aun, “Wahai paduka, kalau begitu hukum mati saja dia.”

Maka sama seperti Masyithoh sebelumnya. Asiyah ditangkap rezim suaminya sendiri. Asiyah diikat kedua tangan dan kakinya ke empat pasak. Asiyah berdo'a kepada Allah. “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga.” (QS At-Tahrim: 11)

Do'a ini pun diabadikan Allah dalam Al-Qur’an. Mukjizat terbesar yang akan memandu umat manusia hingga akhir zaman. Allah sendiri yang mengabadikan do'a Asiyah.

Fir’aun yang menyaksikan ucapan Asiyah heran lantaran Asiyah malah tersenyum saat disiksa. Benar, Asiyah tersenyum karena Allah menampakkan rumahnya kelak di Surga, khusus untuk Asiyah.

“Tidakkah kalian heran dengan kegilaan Asiyah ini. Sesungguhnya kita sedang menyiksanya, namun dia malah tersenyum”, ujar Fir’aun kepada para pembesar kerajaan.

Peristiwa demi peristiwa yang disaksikan Fir’aun dan para pembesar memang pantas membuat mereka tertimbun dalam keheranan. Penyiksaan terhadap istrinya sendiri pun dijadikan tontonan menarik bagi raja lalim sepanjang masa ini. Jika sang raja Mesir Kuno itu sedang beranjak dari kursinya, maka para Malaikat menaungi Asiyah dengan sayap-sayap mereka.

Tubuh wanita Asiyah disiksa para algojo dengan beragam cara. Salah satunya ditimbun dengan batu besar yang diletakkan di atas dadanya. Tentu, sengatan matahari khas Mesir makin menambah siksaannya itu.

Tatkala Fir’aun pun mulai bosan, ia berpesan kepada para algojonya, “Carilah oleh kalian batu yang besar. Jika Asiyah tetap pada keyakinannya, lemparkanlah batu besar itu kepadanya, namun jika ia mencabut ucapannya itu, maka ia tetap menjadi istriku.”

Ketika kali ini para algojo mendatanginya, sang cantik jelita tetap teguh pada keimanannya. Asiyah menengadahkan wajahnya ke langit. Seraya melihat tempat tinggalnya kelak di surga, ia tetap teguh menggenggam kebenaran. Tatkala hendak dilemparkan batu besar ke tubuh Asiyah, ruh Asiyah dicabut dari jasadnya dan ia pun wafat dengan tenang. Barulah batu besar itu dihempaskan pada tubuhnya yang sudah tidak bernyawa. Tubuhnya hancur, berlumuran darah.

Keteguhan Masyithoh dan Asiyah menjadi pengokoh tersendiri bagi estafet risalah selanjutnya, tak terkecuali umat Rasulullah Muhammad SAW. Dua wanita yang mempersembahkan darah, tubuh dan jiwanya kepada Allah. Kisahnya laksana penegar bagi orang-orang beriman, khususnya wanita-wanita penggenggam risalah generasi berikutnya.

Kendati tubuh hancur, berlumur darah, keimanan mereka tiada luntur dan goyah. Allah menempatkannya di dalam JannahNya, ridha Allah senantiasa tercurah kepadanya.

Allah Sang Maha Hidup telah berjanji, “Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalanKu, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik” (QS Ali Imran: 195)

Wallahu’alam.   

Sumber : Suara Islam
Share:

Saturday, March 11, 2017

Ternyata Benar, Perilaku Anak Dipengaruhi Oleh Makanan Yang Diberikan Oleh Orang Tuanya

Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz melihat hamba sahayanya sedang mengantri di tempat pengambilan susu rakyat miskin.

“Mengapa engkau di sini?” tanya Umar

“Maaf Khalifah, saya sedang mengambilkan susu untuk istrimu. Beliau sedang ngidam ingin meminum susu.”

Umar bin Abdul Aziz segera menemui istrinya. “Sayang, mengapa ia kau perintahkan untuk mengambil susu jatah orang miskin? Demi Allah, seandainya janin kita tidak mau makan kecuali makanan jatah rakyat, aku tidak akan memberikannya.”

Fatimah mengerti apa yang dikatakan suaminya. Ia pun mendukung pendirian teguh itu. Bahwa keluarga mereka adalah keluarga yang menjaga diri dari mengambil hak orang lain, juga menjauhi harta dan makanan yang syubhat.

Ketika anaknya sudah lahir, dan menginjak usia kanak-kanak, Umar bin Abdul Aziz melihatnya memakan sebuah apel.

Betapa terkejutnya Umar bin Abdul Aziz, ternyata apel itu adalah milik perkebunan warga dan sang anak tidak mendapatkan izin untuk memakannya.

Umar bin Abdul Aziz lalu menghentikan anaknya yang sedang makan, bahkan beberapa gigitan apel yang masuk ke mulut sang anak dikeluarkannya dengan paksa.

Ia tak ingin ada makanan haram atau makanan syubhat masuk ke perut keturunannya.

Demikianlah keteguhan prinsip Umar bin Abdul Aziz. Dia adalah khalifah yang zuhud dan wara’. Sekaligus orangtua yang menanamkan prinsip Islam pada anaknya sejak dini.

karena apa yang dimakan oleh seorang anak, sesungguhnya berpengaruh kepada akhlak dan kepribadianya.

Maka jika anak telah didoakan menjadi shalih, telah dididik dengan ilmu Agama yang baik, tetapi masih jauh dari akhlak mulia, maka hal pertama yang perlu diperiksa adalah makanannya.

Apakah ia dibesarkan dengan makanan halal atau dibesarkan dengan makanan syubhat dan haram.

Saat anak hanya mengkonsumsi makanan yang halal, ia akan mudah diajak dan diarahkan kepada hal-hal yang halal.

Namun jika anak terbiasa mengkonsumsi makanan haram, ia pun lebih tertarik kepada hal-hal yang haram. []
Sumber: ISLAMPOS
Share:

Friday, March 10, 2017

5 Pertanyaan Ubaid bin Umair Membuat Wanita Cantik Yang Menggodanya Langsung Berubah Drastis Dalam Kehidupannya

Pendengar, Seorang wanita berparas cantik tengah membanggakan kecantikannya di depan cermin. Di belakangnya, seorang pria sedang duduk. Pria itu tidak berkata apapun. Hanya terus memerhatikan tingkah wanita di depannya.

“Suamiku, adakah di negeri ini yang tak akan tergoda oleh kecantikan ku?” tanya wanita itu kepada suaminya.

“Ada.”

“Siapa?”

“Ubaid bin Umair.”

Ubaid adalah seorang ulama yang lahir semasa Rasulullah masih hidup. Nama lengkapnya Ubaid bin Umair bin Qatadah Al Laitsi Al Junda’i Al Makki. Kelak, beliau wafat pada tahun 74 hijriyah.

“Suamiku, bolehkah aku menggoda Ubaid bin Umar dengan kecantikan yang kumiliki?” wanita itu merasa tertantang untuk menaklukan ulama itu.

Suaminya terkejut.

“Hmm… baiklah. Aku juga ingin tahu seberapa shalihnya Ubaid bin Umar.”

Setelah mendapat izin. Ia lalu bersolek agar kecantikannya semakin terlihat dan Ubaid bisa takluk terhadapnya.

Wanita itu lalu pergi ke masjidil haram tempat ulama itu berada. Setelah sosok yang dicarinya terlihat, ia segera mendekat. Wanita itu menemui Ubaid dan berdalih ingin meminta nasihat. Ia lalu meminta Ubaid untuk berbicara di pojok ruangan agar tak terlihat oleh siapapun.

Setelah sampai. Wanita itu membuka cadarnya. Kini wajah cantikanya tampak di hadapan sang Ulama.

“Apa yang kamu lakukan?” Ubaid kaget melihat gelagat wanita tersebut.

“Aku menyukaimu, aku ingin mendapat jawaban darimu?” kata wanita itu seraya terus menggoda sang ulama.

“Sebentar. Sebelum aku menjawab pertanyaanmu. Ada beberapa pertanyaan yang ingin aku ajukan,” kata Ubaid.

“Pertama, seandainya Malaikat Maut datang menjemputmu saat ini, apakah engkau senang aku memenuhi ajakanmu?” wanita itu tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan yang langsung mengingatkannya dengan kematian.

“Tidak.”

“Kedua, seandainya saat ini engkau berada di alam kubur dan sedang didudukkan oleh Malaikat Munkar dan Nakir untuk ditanyai, apakah engkau senang aku penuhi ajakanmu?”

“Tidak.”

“Ketiga, seandainya saat ini semua manusia menerima catatan amalnya dan engkau tidak tahu apakah kau akan mengambilnya dengan tangan kanan atau tangan kiri, apakah engkau senang jika aku memenuhi ajakanmu?”

“Tidak.”

“Keempat, seandainya saat ini seluruh manusia digiring ke timbangan amal dan engkau tidak tahu apakah timbangan amal kebaikanmu lebih berat atau justru amal buruknya yang lebih berat, apakah engkau senang jika aku memenuhi ajakanmu?”

“Tidak.”

“Kelima, seandainya saat ini engkau berada di hadapan Allah untuk dimintai pertanggungjawaban atas semua nikmatNya yang telah dianugerahkan kepadamu, masihkah tersisa rasa senang di hatimu jika aku memenuhi ajakanmu?”

“Demi Allah, tidak.”

“Kalau begitu wahai wanita, takutlah kepada Allah. Betapa Allah telah memberikan segalanya kepadamu.”

Mendengar perkataannya wanita itu tak kuasa menahan air mata. Wanita yang awalnya hanya berpura-pura meminta nasihat, kini benar-benar mendapat nasihat yang sangat menyentuh.

Usai pertemuan itu, ia kembali ke rumah dengan raut sedih. Suaminya heran melihatnya.

“Kita ini termasuk orang yang celaka,” jawab wanita itu, kemudian ia mengambil wudhu dan shalat.

Hari-hari berikutnya, ia berubah drastis. Ia tak lagi membanggakan kecantikannya. Ia tak lagi suka berdandan di setiap malam. Ia berubah menjadi ahli shalat dan puasa. []

Sumber : Islampos
Share:

Makna Diamnya Umar bin Al Khattab Tatkala Dicaci-maki Seorang Pemabuk

Pendengar...
Umar bin khaththab, manusia terbaik setelah Abu Bakar ash-Shiidiq, adalah sahabat Rasulullah yang berhak mewarisi surgaNya Allah.

Alkisah, dalam sebuah inspeksi Umar bin Khaththab bertemu dengan salah satu rakyatnya yang tengah mabuk. Umar pun menangkapnya dan akan memberinya hukuman.

Namun, ketika pemabuk itu ditangkap dan akan dihukum, orang itu tidak menerima. Pemabuk itu marah-marah, hingga Umar dijadikannya sebagai sasaran kemarahan.

Lantaran tak sadarkan diri akibat mabuk, keluarlah kalimat sumpah serapah, hinaan, caci maki, umpatan dan kalimat sampah lainnya dari mulut si pemabuk itu kepada Khalifah.

Namun, Umar justru diam ketika dirinya dicaci dan dimaki-maki. Umar bermurah hati, tak menanggapi perkataan pemabuk itu. Tak lama kemudian, Umar segera membebaskannya.

Melihat kejadian yang tak llumrah itu, seorang rakyatnya bertanya kepada Sang Khalifah, “Ya Amirul Mukminin, mengapa setelah dicaci, engkau justru melepaskan orang itu?”

“Aku membiarkannya karena ia telah membuatku marah,” jawab Umar datar.

“Andai aku tetap menghukumnya,” lanjutnya kemudian, “berarti amarahku telah mengalahkan jiwaku.”

Umar sengaja melepaskannya, karena ia tak mau mengotori dirinya dengan dendam dan kebencian. Ia telah keluar dari sifat kebinatangan menuju sifat mulia yang tak dimiliki oleh kebanyakan manusia lainnya.

“Aku tak ingin,” lanjut Umar agak berat, “jika aku memukul seorang muslim,” hentinya sejenak, “terdapat nafsuku di dalamnya.” []



Sumber: ISLAMPOS

Share:

Friday, March 3, 2017

Inilah 6 Syarat Diperbolehkannya Bergurau bagi Seorang Muslim

Pendengar, Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

“Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.” (HR. Abu Daud no 4167)

Pelajaran dari hadits


Pelajaran Pertama : Dibolehkan bergurau selama tiu memenuhi beberapa syarat, diantaranya:


Syarat Pertama: Tidak mengandung kebohongan baik dalam perkataan maupun perbuatan sebagaimana di dalam hadits Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Abu Daud, Baihaqi, Ahmad. Berkata Syu’iab al-Arnauth: Sanadnya Hasan)

Syarat Kedua: Tidak mengandung sesuatu yang keji atau sesuatu yang kasar dan tidak senonoh, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Syarat Ketiga: Hendaknya dilakukan sekedarnya dan seperlunya, serta tidak terus menerus. Berkata al-Mula Ali al-Qari di dalm Mirqah al-Mafatih Syarah Misykat al-Mashabih (14/153):

قال النووي اعلم أن المزاح المنهي عنه هو الذي فيه إفراط ويداوم عليه فإنه يورث الضحك وقسوة القلب ويشغل عن ذكر الله والفكر في مهمات الدين ويؤول في كثير من الأوقات إلى الإيذاء ويورث الأحقاد ويسقط المهابة والوقار فأما ما سلم من هذه الأمور فهو المباح الذي كان رسول الله يفعل على الندرة لمصلحة تطييب نفس المخاطب ومؤانسته وهو سنة مستحبة

Berkata an-Nawawi: Ketahuilah bahwa bergurau yang dilarang adalah yang keterluan dan terus-menerus, karena hal itu akan menyebabkan tertawa dan mengeraskan hati, serta memalingkan dari mengingat Allah dan dari memikirkan masalah-masalah agama. Bahkan seringnya menyakitkan orang lain dan menimbulkan dendam, begitu juga bisa menjatuhkan kewibawaan dan kehormatan seseorang. Adapun jika hal-hal di atas tidak ada, maka bergurau adalah sesuatu yang dibolehkan, seperti yang kadang dilakukan oleh Rasulullah, demi kemaslahatan dan meyenangkan orang yang diajak bicara serta menambah keakraban. Dan ini semua merupakan sunnah yang dianjurkan.

Syarat Keempat: Hendaknya tidak memalingkan dari kewajiban dan mengingat Allah

Syarat Kelima : Hendaknya tidak mengandung sesuatu yang menyakiti atau menakuti orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam :

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

“Tidak halal bagi seorang muslim membuat kaget sesama saudaranya yang muslim.” (HR. Abu Daud dan Ahmad. Hadits Shahih)

Syarat Keenam: Hendaknya tidak bercanda dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Diantaranya adalah bercanda dalam agama yang melecehkan Allah, Ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya, sebagaimana yang tersebut di dalam firman Allah :

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At Taubah : 65-66)

Syarat Ketujuh : Hendaknya tidak bergurau di tempat dan waktu yang mestinya seseorang harus serius.

Pelajaran Kedua : Manfaat Bergurau.


Bergurau mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah:

    Supaya menambah keakraban di antara sesama.
    Menghilangkan rasa jenuh dan bosan.
    Sarana untuk bisa menghibur dan menarik seseorang untuk bisa diarahkan pada sesuatu yang baik.
    Melatih otak agar terus berfikir dan berkembang sebagaimana mestinya.
    Memberikan kegembiraan kepada orang lain.

Pelajaran Ketiga : pada dasarnya berdusta dan berbohong adalah perbuatan dosa yang diharamkan di dalam Islam, sebagiamana firman Allah:


Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. An Nahl: 116)

Ini dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukkan, dan keburukkan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tetapi dalam beberapa hal, berdusta dibolehkan, diantaranya sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Ummu Kultsum bin Uqbah radhiyallahu ‘anha bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِي خَيْرًا

“Orang yang mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, orang yang berkata demi kebaikan, dan orang yang membangkitkan (mengingatkan) kebaikan bukanlah termasuk pendusta.” (HR. Bukhari 2692 dan Muslim 2605)

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Ummu Kultsum bin Uqbah radhiyallahu ‘anha berkata:

لَمْ أَسْمَعْهُ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ: فِي الْحَرْبِ وَالْإِصْلَاحِ بَيْنَ النَّاسِ، وَحَدِيثِ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ، وَحَدِيثِ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا

Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memberikan keringanan pada apa yang diucapkan oleh manusia bahwa itu berdusta kecuali dalam tiga perkara, yaitu, dalam perang, atau mendamaikan perselisihan di antara manusia, dan ucapan suami kepada istrinya, atau cuapan isri kepada suaminya.” (HR. Ahmad)

Sumber : Buku “Banyak Jalan Menuju Surga” dengan perubahan judul. Hal. 139

Oleh Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA

Sumber Artikel : http://madina.or.id/tentang-kami/dai/ahmad-zain-an-najah/
Share:

On Streaming

Acara Hari Ini :

05.00 - 06.00 : Opening-Murotal-DzikirPagi
06.00 - 07.00 : Cakrawala Pagi
07.00 - 08.30 : Embun Pagi (Ust. Oemar Mita)
08.30 - 10.00 : Shobahul Khoir
10.00 - 11.30 : Tausiyah Pendek
11.30 - 12.30 : Murotal
12.30 - 13.30 : Kajian Siang (Ust. Agus Supriadi)
13.30 - 15.00 : ReHat Siang (UA By Request)
15.00 - 16.00 : Murotal
16.00 - 17.00 : Telaga Iman
17.00 - 19.30 : Murotal
19.30 - 20.30 :Tausiyah Malam
20.30 - 21.30 : ReHat Malam (UA By Request)
21.30 - 22.00 : Muhasabah-Closing

Powered by Blogger.

Arsip Kami

Listeners

Pages